Tuesday, August 11, 2015

Creepy Pasta : Pengacara

Pengacara

Penulis: Dave Cahyo

Cerita ini adalah sebuah riddle

Level: medium

Aku ada sidang di pengadilan hari ini. Aku dan mantan suamiku akan merebutkan hak asuh kami atas putri semata wayang kami. Pasti akan jadi ribut sekali hari ini. Apalagi kalau wanita selingkuhan suamiku itu ikut campur.

Namun aku bingung dimana tempat sidangku akan berlangsung. Gedung pengadilan ini amat besar, aku sendiri sering tersasar di sini.

“Apa di sini ya?” pikirku. Seingatku di sini tempat kami melakukan sidang terakhir kami.

Aku membuka pintunya sedikit dan melihat seorang pengacara berdiri di muka sidang sambil berbicara lantang, “ ... maka berdasarkan penjelasan para saksi, saya ingin mengajukan keberatan karena kesaksian mereka kurang dapat dipercaya. Saya juga ingin memohon agar sang tertuduh dibebaskan dari segala dakwaan ...”

Ups ... aku salah masuk. Sepertinya ini sidang pembunuhan atau pencurian. Dengan malu aku menutup kembali ruang sidang itu.

Sejam mencari akhirnya aku menemukannya, namun ternyata sidang ditunda. Seluruh gedung malah dievakuasi. Apa ada kebakaran?

Setibanya di luar, akupun masuk ke mobil yang kuparkir di luar gedung pengadilan. Tak ada gunanya di sini, mending aku pulang. Namun seseorang memanggilku.

“Nyonya, bisa saya minta bantuannya?”

Oh, ternyata itu pengacara yang tadi.

“Tentu, ada apa kok rame2 ya? Banyak polisi di sini.”

“Anda belum dengar?” tanyanya heran. “Ada tersangka yang lepas dari ruang sidang. Kini ia sedang bersembunyi entah dimana. Kini gedung pengadilan dikepung oleh polisi, mereka curiga di masih ada di dalam sana. Sialnya mobil saya diparkir di dalam gedung. Saya tak bisa mengambilnya sampai semua masalah ini beres.”

“Oh, saya bisa mengantar anda.” Betuntung, pikirku. Mungkin saja aku bisa minta saran gratis dari pengacara ini untuk merebut hak asuh anakku.

“Terima kasih,” ucapnya sambil masuk ke mobil.

“Omong-omong siapa orang yang anda bela tadi?”

“Oh, dia seperti Ted Bundy.”


Oh, pembunuh ya?

Creepy Pasta : Eksperimen Kimia

Eksperimen Kimia

Penulis: Dave Cahyo

Level: medium

Aku sedang membuat proyek untuk tugas kimiaku. Karena guruku sedang tak ada, aku disuruh mengambil bahan2nya sendiri.

Ini dia petunjuk kerjanya. Untuk mengetes gas karbon dioksida diperlukan larutan kalsium hidroksida. Waduh dimana ya larutannya? Sepertinya aku harus membuatnya sendiri. Kalau nggak salah guruku pernah bilang kalsium hidroksida bisa dibuat dengan mencampur kalsium dengan air.

Kalsium ... mana ya botol kalsium. Ah, ini dia. Huruf pertamanya sama, pasti ini dia. Seberapa banyak yang dicampur ya? Bikin yang banyak lah, soalnya aku butuh banyak larutan kalsium hidroksida. Ambil yang banyak lalu dicampur dengan air. Terus nanti kalau bereaksi dengan karbon dioksida, larutan kalsium hidroksidanya akan berubah jadi keruh.


Ah gampang, nilai kimiaku pasti A nanti.

Creepy Riddle : Peramal Cantik

Peramal Cantik

Penulis: Dave Cahyo

Cerita ini adalah sebuah riddle

Level: medium

Seorang pria Korea datang ke Indonesia dan ditemani oleh penerjemahnya, ia mengunjungi sebuah pasar malam. Ia sangat senang berkeliling di sana dan membeli banyak makanan, hingga ia tiba di tenda peramal.

"Ayo kita coba peruntungan kita di sini." Ajak si pria Korea. Begitu masuk ia terkejut. "Wow peramalnya cantik sekali."

"Peramal Indonesia jago2 lho" kata translatornya, "Ia pasti bisa menebak umur anda dengan tepat."

"Ah nggak seru. Aku ingin dia menebak pada umur berapa saya akan mati."

Si penerjemah bertanya dan kemudian menerjemahkan jawaban sang peramal cantik itu.

"Umur 25 tahun"


Pria Korea itu tertawa, "Mana mungkin. Umur saya saja sudah 26 tahun. Dasar peramal Indonesia suka mengada-ada saja."

Creepy Riddle : Restoran Kanibal

Restoran Kanibal

Penulis: Bamba

Level: easy


Bambi berlari menuju kantor polisi, dia melapor bahwa restoran tempat dia makan tadi menyediakan daging manusia. Tak lama kemudian setelah mendapatkan bukti yang ada, Bambi dan manager restoran ditangkap.

Creepy Riddle : Rusunawa

Rusunawa

Penulis: Nadia Putri Amelia

Level: super easy

Peristiwa ini terjadi di Rusunawa, asrama yang gedungnya paling baru dan paling tinggi, serta terpisah dari asrama lain. Ketika itu, teman saya, namanya Merlin, dia sedang main kartu Uno bersama teman-temannya di kamar. Waktu menunjukkan pukul 11 malam. Seharusnya semua sudah tidur. Tapi mereka tetap saja bermain sampai malam dan begadangan hingga jam 2 pagi.

Angin semilir-semilir berhembus dari jendela kamar mereka yang masih terbuka. Tak lama, ada suara ketukan di jendela. Suara seorang bapak-bapak berkata, "dek dek, jendelanya ditutup dulu dek. Sudah malam, lekas tidur.."

Teman saya si Merlin menjawab, "Iya pak, makasih udah diingetin."


Teman saya langsung pucat dan cepat cepat menutup jendela. Kami pun langsung disuruh tidur olehnya

Riddle : Riddle Gampang

Riddle Gampang

Penulis: Ryu

Level: medium

Aku telat ngeluarin. Yah, jadi deh.


Gendut deh.

Riddle : Arktik

Arktik

Penulis: Andri D’Tonggar

Cerita ini adalah sebuah riddle

Level: extreme

Hari ini aku sedang berlibur ke Arktik aku ke sini karna ingin mencari suasana berbeda. Oh iya ... perkenalkan aku adalah Detective Tong. Aku benci ini tapi entah kenapa di manapun aku berada selalu ada kasus yg aneh .-.

Saat itu aku baru saja kembali ke penginapanku setelah jalan jalan. Di sekitar penginapanku sudah ramai orang. Dan ternyata benar dugaanku.

Ada korban pembunuhan

Korban itu adalah kakak dari pemilik penginapan yg kutempati. Di dadanya ada bekas luka seperti cakaran beruang yg dalam. Terlihat goresan lebih dalam dari dada hingga ke pundak kanan

Menurut pengakuan Jhon (pemilik penginapan), dia bilang saat itu dia sedang berdua saja dengan Sandeh (korban), tiba-tiba ada beruang kutub masuk dan mengacak acak penginapan. Sandeh menghadang beruang itu dan tercakar. Terlihat memang ruangan ini seperti habis di acak acak hewan buas.

"Hmm ... kalo begitu ini memang murni kecelakaan." begitu pikirku.


Tapi tiba-tiba aku menyadari sesuatu. "Hahahahahaha" aku tertawa dan langsung menangkap Jhon sang pemilik penginapan.

Creepy Riddle : "Hallo Semua, Aku ingin Bermain"

"Hallo Semua, Aku ingin Bermain"

Penulis: Andri D’Tonggar

Level: easy

Tiba tiba aku terbangun. Kepalaku sedikit pusing. Entah di mana aku berada. Yang kulihat aku hanya berada di sebuah ruangan. Aku tidak sendirian; ada 4 orang lain yang masih belum tersadar. Di depanku hanya ada sebuah kotak dan di atas hanya ada TV yang tergantung di atas.

Kulihat ke 4 orang itu terbangun. Mereka juga terlihat kebingungan sepertiku. Lalu TV itu pun menyala, "Bzzzpp.."

Kulihat ada topeng yang mengerikan dan dia berkata,

"Halo semua, aku ingin bermain. Tahukah kalian tubuh manusia memiliki 5 liter darah. Lihatlah kotak di depan kalian, kotak itu dapat menampung 15 liter Buatlah kotak itu penuh Jika kalian ingin keluar dari tempat ini. HAHAHAHAHA ..."

Lalu TV itu mati.

Tak perlu dijelaskanpun aku sudah tahu apa maksudnya. Aku dan orang sebelahku mengangguk. Sepertinya kami punya pikiran yang sama Dengan bersusah payah kami berdua membunuh ke 3 orang lainnya. Lalu darah mereka kami masukan ke dalam kotak itu hingga penuh.

Beberapa saat setelah kotak itu penuh ada pintu yang terbuka.

Aku menyesal dengan apa yang ku lakukan..


SIAL!!! HARUSNYA KAMI BERLIMA BISA KELUAR DENGAN SELAMAT!!!

Creepy Riddle : Siapa Aku?

Siapa Aku?

Penulis: Unknown

Level: medium


"Halo namaku Albert. Kepalaku botak nih habis cukuran. Oya aku terlahir cacat dgn tempurung kepala yg hanya setengah dan kakiku hanya satu. Aku suka sekali jika ngobrol menghabiskan waktu dgn kalian. "

Creepy Riddle : Disney Land

Disney Land

Penulis: Andri D’Tonggar

Level: easy

Namaku Otong. Hari ini aku dan temanku main di Disneyland Hongkong. Berhubung hari ini adalah Hallowen jadi wahana rumah hantu di sini sangat ramai.

Setelah lama mengantri akhirnya tiba jg saatnya aku dan temanku naik wahana itu Aku agak takut karena memang seram sekali isi di dalamnya. Ada zombie, mummy , dracula , kuntilanak , manusia srigala, frankenstein pun ada. Tapi yg paling aku sukai adalah zombie dengan pakaian perawat sexy banget soalnya hahaha

Creepy Riddle : Rumah Rahasia

Rumah Rahasia

Penulis: Ima (dengan sedikit perubahan)

Level: easy

Konon katanya, ada sebuah rumah rahasia yang mengerikan. Rumah tersebut terletak di tengah hutan dekat jalanan yang sepi. Ketika kau sudah memasuki rumah tersebut, kau akan menemukan sebuah keanehan dan kau sudah tidak akan berada di duniamu lagi.

Berhubung aku sangat menyukai hal-hal yang berbau mistis, aku akhirnya mengunjungi rumah itu sendirian dan membuktikannya. Sekitar 2 jam perjalanan akhirnya aku sampai. Sebuah rumah tua sederhana dan tidak terawat memang benar-benar ada disana. Apakah nantinya aku akan berada di dunia lain? Ah siapa yang tau, itu hanya omongan belaka.

Aku mendekati rumah tersebut. Mengamati bagian depan rumah itu yang dipenuhi dengan debu dan sarang laba-laba. Perlahan, aku memegang gagang pintu rumah tersebut dan mendorongnya. "Kreekkk" terdengar engsel pintu rumah tua tersebut terbuka. Memang pasti sudah lama sekali rumah ini tak pernah dikunjungi karena takutnya masyarakat sekitar.

Aku memberanikan diri untuk memasuki rumah itu. Perlahan ku tutup pintunya, dan mengamati seluruh isi rumah ini. Terlihat bahwa banyak sekali bercak darah di tembok, sofa, dan perabotan lainnya. Selain itu, tentunya banyak debu dan seluruh benda yang ada terlihat kumuh sekali. "Pasti terjadi pembunuhan disini" pikirku.

Dan, ya. Aku membuktikannya. Ini hanya rumah biasa yang mungkin menjadi horor gara-gara penghuninya mungkin mati dipenggal, dibunuh, atau lainnya. Aku akhirnya memutuskan untuk pergi. Kupegang gagang pintunya dan kudorong hingga membuka.


Ah sial.

Creepy Riddle : Aku Punya Saudara

Aku Punya Saudara

Penulis: Alghiffari

Cerita ini adalah sebuah riddle

Level: medium

Aku punya saudara, dia sangat menjengkelkan. Dia selalu ingin ikut kemanapun aku pergi, saat aku ingin pergi sendirian dia merajuk dan tak ada yang bisa aku perbuat.

Tapi saat akan ke kamar mandi dia malahan menolak untuk ikut, ya sudah aku tinggalkan dia di depan kamar mandi dan aku menutup pintunya.


Hei? tempat apa ini? Apakah ini surga?

Riddle : Riddle by Someone

Riddle by Someone

Penulis: Bamba

Level: easy


Bambi dibunuh seseorang. Polisi menelpon istri Bambi dan mengatakan suaminya telah dibunuh, polisi menyuruh istrinya untuk datang ke TKP. Istri Bambi yang panik terburu-buru datang ke TKP, tapi malah ditangkap polisi.

Creepy Riddle : Rumah Tua

Rumah Tua

Penulis: Aldy MJ

Level: Easy

Pertama kenalkan nama saya Mawar. Hari ini adalah hari pertama pindah di rumah tua yang katanya angker. Saya sih tidak takut tentang hal tersebut. Pada malam pertama ini, saya hanya bersama ibu saya karena ayah saya pergi ke luar kota. Ibu saya tidak dapat berjalan karena kecelakaan tahun lalu, dia hanya berjalan dengan kursi roda. Jika ibu marah,suaranya akan terdengar keras seperti laki-laki dan ngebass spt penyanyi hardcore. Tetapi bagaimanapun dia tetap ibu saya :)

Saya bosan berada di rumah tua ini (ungkap saya dalam hati). Saya pergi keluar rumah untuk menghilangkan rasa bosan, tetapi saya tidak berpamitan pada ibu saya karena takut dimarahi. Jadi saya hanya taruh selimut yang di bawahnya ada gulingnya jadi kayak orang tidur gitu deh ...

Segeralah saya pergi keluar rumah dan di sebelah rumah sekitar 500 m-an ada warnet. Aku pergi kesana.

Tak disadari sudah tengah malam dan saya bergegas untuk pulang.

Setelah sampai rumah, semua pintu sudah dikunci dan jalan satu-satunya adalah jendela. Setelah masuk rumah, saya langsung pergi ke kamar saya. Dan sepertinya ibu saya mendengarkan ke gaduhan saat saya masuk ke rumah

"Mawar, apakah itu kau?"

Saya hanya pura-pura tidur karena ibu terdengar seperti marah

"Saya akan mengecek kamarmu!"

Terdengar suara ibu naik atas tangga,saya hanya pura-pura tidur dan suara pintu pun terbuka tapi aku tetap pura-pura tidur saja.

Setelah pintu tertutup saya melanjutkan tidur saya. Saya merasa kedinginan saat tidur.


Pada pagi hari saya merapikan guling dan selimutku. Setelah mengingat kejadian tadi malam, sayapun menyadari bahwa rumah ini memang seram.

Creepy Riddle : House for Sale

House for Sale

Penulis: Andri D’Tonggar

Level: easy

Minggu-minggu terakhir aku disibukkan dengan urusan ekonomi keluargaku yang semakin hari semakin memburuk. Karena kurangnya dana, aku dan suamiku berencana menjual rumah kami Rumah kami adalah rumah bergaya minimalis tanpa kolam renang. Ada halaman untuk menjemur pakaian di belakang rumah dan sebuah garasi yang muat untuk dua mobil. Ada 4 kamar dengan masing-masing ukuran kamar 3x3, 2 di lantai bawah dan 2 di lantai atas. Kamar mandi ukuran 2x2,5 dengan shower dan wastafel di dalamnya.

Beberapa jam setelah aku mengiklankan rumahku di situs jual rumah online, seseorang menelponku

"Halo apakah Anda pemilik akun jean79 yang menjual rumah di jalan Green Park nomor 38?"

"Ya benar."

"Saya tertarik dengan rumah Anda."

"Mungkin kita bisa bertemu untuk membicarakannya lebih lanjut."

"Saya akan ke rumah anda besok pukul 13:00 untuk mengantarkan uangnya. Saya memberi waktu untuk mengosongkan rumah itu selama 3-4 hari."

"Tapi saya ingin sofa di kamar utama itu dan beberapa meja dengan lampu berwarna oranye itu tetap di sana."

"Oh begitu. Baiklah, terima kasih!"


Akhirnya rumahku terjual. Sayang aku harus pindah, tapi ini demi kebaikan kami.

Riddle : Jendela Kamar

Jendela Kamar

Penulis: Unknown

Level: easy

Kamarku sangat panas karena tak ada lubang udara satupun. Untungnya teman sekamarku menyalakan kipas angin untukku. Namun sial, aku tak bisa keluar kamar. Sepertinya temanku tak sengaja mengunci pintu. Huft sepertinya malam ini aku harus tetap di kamar menunggu temanku pulang. Orang korea memang pelupa.

Creepy Riddle : Restoran

Restoran

Penulis: Unknown

Level: easy


Aku sedang makan di sebuah restoran baru di pusat kota. Restoran itu sangat unik dan lucu! Kita dapat memesan dengan menggunakan ipad dan bisa berfoto di ipad tersebut. Nanti hasil fotonya akan ditayangkan beberapa detik di layar yang cukup besar. Kita dapat mengedit foto kita karena disediakan kacamata bohongan dan beberapa pita bohongan. Tiba2 saat aku melihat ke layar besar tersebut, aku melihat seorang pria dengan mata yang besar sekali seperti mau keluar dan kepalanya berdarah2. Wah editan yang menyeramkan!

Creepy Riddle : Apartemen Baru

Apartemen Baru

Penulis: Aisyah

Level: Insane (Super Extreme)

Aku orang baru di kota ini, walau begitu aku adalah orang yang dengan mudah menyesuaikan diriku dengan lingkungan baru

Tapi entah mengapa aku merasa sangat asing di kota ini

Tadi pagi saat aku jogging melewati taman aku menyapa seorang kakek tua dan kakek itu tidak mempedulikanku. Aku pikir kakek itu mengalami masalah pada pendengarannya

Di ujung jalan aku menyapa seorang anak kecil dan anak itu hanya melihat kearahku lalu menundukan tatapannya, sepertinya anak itu masih takut melihatku.

Siang harinya aku merasa lapar, aku telepon sebuah restoran makanan cepat saji yang memenuhi pemesanan menggunakan layanan pesan-antar. Aku beri alamat apartemenku Sunview 404, 4-6 dan tinggal aku menunggu makananku datang

Sudah 3 jam berlalu makananku belum juga datang. Berulang kali aku telepon resto itu namun tidak ada jawaban

Aku tidak salah memberikan alamat tapi kenapa makanan itu belum kunjung datang?

Untung saja tetangga sebelah memberikanku semangkuk sup hangat , beliau adalah seorang nenek berusia kira-kira 64 tahun.

Baru dua hari tinggal dikota ini banyak hal yang belum ku ketahui, jadi aku berencana untuk menanyakan beberapa hal yang mestinya aku tahu kepada tetanggaku

Ada informasi yang kudapatkan darinya sangat berguna apalagi aku seorang lulusan pendidikan

Katanya, tahun ajaran baru dimulai pada bulan april dan sebaiknya aku melamar pekerjaan di bulan Maret dan tidak untuk bulan Juli karena sekolah sedang libur di bulan itu.

Selain itu informasi yang ia berikan juga bermanfaat, mulai dari wilayah sampai dengan tempat wisatanya


Kurasa aku akan betah tinggal disini.

                                                                                                                                   February 27th 2001

Creepy Riddle : You and Me

You and Me

Penulis: Cesar K

Level: hard

Agak menyebalkan saat mempunyai kekurangan. Yah mungkin tidak apa-apa, itu juga sudah jadi takdir kita mungkin. Tapi tetap saja itu menyebalkan. Mataku tidak seperti kebanyakan orang lain. Aku mengalami yang namanya miopi. Aku bahkan tidak bisa melihat dengan jelas wajah seseorang dari jarak lebih dari dua meter. Itu agak membuatku terganggu berinteraksi dengan orang lain, membuatku harus memakai kacamata. Ayolah ...

Itu tidak membuatku terlihat baik di depan teman-teman sekolah. Tapi ini untuk kebaikanku sendiri. Tidak terlalu buruk sebenarnya, Selama aku mempunyai teman yg mempunyai kesamaan denganku, bisa membuatku lebih bersyukur akan keadaanku. Apalagi teman sebangku ini memiiki banyak kesamaan denganku. Terlebih lagi dia seorang perempuan, mungkin itu artinya kita jodoh...hahaha. Shela namanya.

Aku termasuk orang yg pendiam dan agak susah dalam bergaul dengan orang lain, terutama perempuan. Ya bukan berarti aku tidak normal, hanya saja aku selalu merasa grogi jika berbicara bahkan hanya bertatap mata. tapi Shela bebeda, dia tidak membuatku grogi. Dia perempuan yang baik dan ramah. Walau bagaimanapun juga, menurutku dia tidak cantik ... mungkin manis. Entah kenapa dia berbeda, senyumnya manis, apalagi saat dia memakai kacamatanya, membuatku merasa selalu lebih baik setiap kali melihatnya. Hanya satu hal yang membuatku agak heran padanya, walaupun dia tidak pernah mengatakannya padaku, tapi aku yakin dia punya kelebihan. Namun setiap kali aku bertanya dia selalu membantahnya. Oke tentu saja aku tidak akan bertanya seperti itu lagi. Namun tetap saja aku yakin tentang itu.

Hari ini dia pulang lebih dulu, dia agak tergesa-gesa. Ada barangnya yang sangat penting tertinggal, tidak seperti biasanya dia ceroboh seperti ini. Biasanya aku dan shela selalu pulang jalan kaki bersama. Rumah Shela searah dengan rumahku. membuatku bisa lebih dekat dengannya. Ini sudah agak malam karena tadi ada kelas praktikum di sekolah.

Langkahku terhenti saat melihat seorang perempuan yg masuk ke dalam rumah tua yang sudah lama terbengkalai dan tidak terurus. Kupakai kacamataku karena agak samar-samar, kulihat perempuan itu seperti Shela. Ternyata benar, itu Shela dan dia sudah masuk ke dalam rumah tua itu. Tentu saja aku harus menghentikannya. Aku berlari melompati pagar rumah tua itu. Tapi sesampainya di depan pintu rumah itu, aku berhenti sejenak. Aku agak ragu. tapi aku harus masuk, Shela masuk ke sini tadi. Saat tanganku hampir menyentuh gagang pintu rumah, aku seperti mendengar ada yang memangil namaku ...

"Tharik!" suara yang tentunya sangat aku kenal, itu suara Shela.

"Apa yg kamu lakukan disini?" tanyanya.

"Ini aneh."

"Apanya???" dia bertanya

"Kenapa kamu belum sampai rumahmu?" aku bertanya

"Tharik, bagaimana aku bisa pulang kalau kamu malah bermain di tempat seperti ini??!"

"Ini sudah malam, Shela..."

"Tetap saja aku tidak membiarkan kamu masuk kesana, ayo kita pulang." ajaknya


Aku mengambil sesuatu di saku jaketku, "Entahlah, aku tidak tau harus bagaimana sekarang..."

Creepy Riddle : Riddle Tergampang di Dunia

Riddle Tergampang di Dunia

Penulis: Ryu

Level: easy

Sial. Sial. Celaka dua belas!

Ini sudah tengah malam, hujan, petir, dan aku masih berada di mobil, melewati jalanan gelap asing yang dipenuhi truk gandeng. Yup aku tersesat.

Hujan terlalu deras. Bahkan wiper yang kusetel super cepat pun sama sekali tidak membantu menerangi jalanku. Sialan! Aku benar- benar harus fokus melihat ke depan.

Ah itu dia. Ada perempatan. Sepertinya aku harus belok ke kiri. Astaga sialaaan, lampu seinku mati! Aku membuka kaca mobilku, lalu memberi tanda dengan tangan sebelum belok. Sip. Mobil-mobil di belakangku memberi jalan. Aku tetap fokus ke depan sambil menghindari serangan air hujan yang masuk ke mobilku.


Haduh, Kapan ini berakhir?

Creepy Riddle : Hah, Rumah Berhantu, Ya Nggak lah?

Hah, Rumah Berhantu, Ya Nggak lah?

Penulis: Andri D'tonggar

Level: easy

Ceritanya tanteku pengen beli rumah dan seorang teman merekomendasikan sebuah rumah tidak jauh dari tempat tinggalnya yg sekarang. Dilihat dari fotonya sih rumah itu megah dan murah dengan pemandangan sawah yang indah di sekelilingnya. Lalu tanteku menyuruh aku yang pergi survey dan mengecek apa rumah itu masih layak atau tidak untuk jadi tempat tinggal. Karna aku kerja dari jam 8 pagi sampai 7 malam, jadi sekitar setengah 8 malam aku baru bisa pergi mengecek rumah itu. Temanku bilang sih rumah itu angker katanya makanya nggak laku laku. Aku sih bukan tipe orang yang takut hantu jadi tak kupedulikan ucapan temanku itu.

Setelah pulang kerja dan makan malam, aku langsung berangkat ke rumah itu sendirian naik motor. Setelah sampai di rumah itu aku benar-benar kaget rumah semegah ini dijual dengan harga murah. "Apa rumah ini benar berhantu?" pikirku. Tapi aku lihat di sekitar situ cukup ramai. Juga masih ada beberapa tetangga yg beraktivitas di luar rumah. Ada yg lagi nyapu, ada anak-anak kecil lagi main, ada tukang nasi goreng. Aku jadi tidak terlalu takut karena ramai.

Lalu aku langsung masuk saja ke rumah itu. Di dalamnya megah tapi benar-benar tidak terawat, tembok yang banyak retak, meja kursi semua juga terlihat tidak layak dipakai. Lalu aku lanjutkan mengecek kamar di lantai bawah itu. Ada sekitar 5 kamar: 4 kamar tidur dan 1 kamar mandi. Sewaktu membuka pintu kamar pertama, terdengar suara air menetes dari kamar mandi. Lalu aku terdiam sebentar, tapi suara itu hilang. Saat membuka pintu kamar kedua juga sama, ada suara air menetes yang asalnya dari kamar mandi. Suara itu hilang lagi ketika aku terdiam mendengarkan. Saat masuk kamar ketiga pun sama, suara itu terdengar lagi.


"Ah paling cuma kebetulan. Di rumahku dulu juga begitu" begitu pikirku. Lalu setelah mengecek kamar keempat, aku keluar dari rumah itu. aku menyalakan motorku sambil bilang dalam hati "Ah, hantu itu tidak ada kok! Hantu itu tidak ada kok! Hantu itu tidak ada kok!" terus kuulang-ulangi sambil mengebut naik motor karena aku teringat sesuatu.

Mengaku Backpacker, Blog Riddle dan Creepy Pasta Terbaik Sepanjang Masa!!!

Mengaku Backpacker, Blog Riddle dan Creepy Pasta Terbaik Sepanjang Masa!!!

  Bagi para readers blog ini, gue mau kasi tau dikit ne tentang blog yg telah menjadi source riddle dan creepy pasta gue selama ini. Inilah diaaaaaa........


  Di blog ini, ada segudang informasi yg keren2 Broww. Dari saran2 film2 keren, ampe kumpulan mitos2 yg pastinya hanya sedikit orang yang tau. Pokoknya, di blog nya Bang Dave ini semua tentang riddle dan creepy pasta, serta fakta2 yg ad di bumi dan yg ada di alam semesta ini pun ada vroh :v . Pokoknya bakalan nyesel deh kalo gak ngikutin setiap update-nya blog ne.

  Oke, jadi bagi para readers yg setia yg ganteng2 dan yg cantik2 :v buruan deh buka link blog yg gua kasi di atas. kalo enggak....... mmmmph bakalan rugi gak ketulungan deh :v makanya, buruan check deh sekarang blog nya. pasti ketagihan!!!! :v :p

Tuesday, August 4, 2015

Creepy Pasta : Something

Something
(Sesuatu)

" Maaf nomor yang anda tuju sedang sibuk "
Suara itu berkali - kali terdengar setelah ku mencoba menelpon kekasihku , Jane. Akhir-akhir ini dia bagai menghilang ditelan bumi. Tak ada kabar darinya , bahkan cuma sekedar sms . Aku bingung dengan sikapnya yang juga tak masuk kantor selama lebih dari seminggu . Aku tahu bahwa aku seorang bos , walaupun ia pacarku tapi tetap saja ia adalah bawahanku yang harus mentaati peraturan kantor . Aku tak mau berbuat tak adil di kantor ini . Jadi jika ia tak masuk kantor dua hari lagi , ia akan ku pecat .
Namun pada malam itu,,,
" Kringgg kringggg " Terdengar suara telepon rumahku
" Halo ini siapa ? dengan Nino disini !! " ucapku
" Tolong... Tolong aku " terdengar lirih
" Iya , tapi ini siapa ? " tanyaku
" Aku Jane , tolong aku !!! " jawabnya
" Oh Jane !!! apa yang terjadi padamu ? , kau ada dimana sekarang ? " tanyaku kembali
" Aku ada di rumah sekarang , rumahku berhantu , aku takut !!! " ia tampak ketakutan
" Ya sudah ,cepat kau kemari , kau ceritakan padaku nanti ! " ucapku
" baiklah , tapi ... " jawabnya kembali
" Tapi apa ? " tanyaku
" Karna ketakutan , aku sampai lupa rumahmu ! " ucapnya
" Oh kau ini lucu sekali , ya sudah aku sms nanti , hati-hati Jane ! " ucapku sambil tertawa
" Oke , cepat kirim alamatmu , aku benar-benar ketakutan ! " ucapnya
" Tenang , kamu tenang saja tidak usah takut ! " aku menenangkan
Ia pun memutus pembicaraan , langsung saja aku kirim alamatku padanya lewat sms . Aku tertawa kecil , Dasar wanita pelupa .
Aku pun menunggu Jane sambil menonton berita di tv , dan salah satu berita di tv itu membuatku takut sejadi-jadinya .
" Di temukan mayat tanpa kepala di kediaman Jane Evelyn , yang setelah diotopsi ternyata itu adalah mayatnya . Polisi sampaii saat ini masih menyusut motif pembunuhan sadis ini , serta mengusut kasus hilangnya tetangga Jane secara misterius . Berita ini ...... "
Aku menonton acara berita itu dengan tangan gemetar dan shock berat diiringi dengan suara bel rumahku ,,,
" Ting tong Ting tong " terdengar suara bel
" Siapa diluar ? " tanyaku
" Hei Nino , ini aku Jane , masa kau lupa ? " jawabnya
" Tidak !!! kau sudah mati , jangan ganggu aku , aku muhon !!! " ucapku ketakutan
" Hei kau ini ! kalau aku sudah mati bagaimana caranya aku bisa disini ! " jawabnya
" Kau pasti hantunya !!! , tolong aku takut , jangan ganggu aku !!! " aku menuduh
Sontak saja aku langsung berlari ke kamar dan mengunci semua pintu dan jendela . Tapi tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu kamarku ,,,
" Tolonglah , kau ini seperti orang gila ! " ucapnya
" Bagaimana aku tak gila kalau pintu rumahku terkunci , namun kau bisa masuk !!! " jawabku
" Hei kau lupa ? kau memberiku kunci rumah ini waktu itu ! " ucapnya
" Bohong !!! , kau bohong , pasti kau masuk kerumah ini dengan cara menembus dinding !!! " jawabku ketakutan
" Cepat buka pintunya , tujuanku kesini untuk menceritakan ceritaku ! " ucapnya
" Aku tahu ceritamu ! kau mati dibunuh ! dan kau terpenggal ! " ucapku gemetar
" Hahaha ! kau ini ada-ada saja , ayo cepat buka pintu kamarmu ! " ia tertawa kecil
Setelah itu tak kudengar lagi suara darinya , aku pun memberanikan diri keluar kamar dan mengecek semua rumah . Namun sebuah tangan pucat menyentuh bahuku , lalu ia bersuara ...
" Akhirnya kau keluar juga , ayo kita mulai ceritaku !!! " ucapnya
" Oh Tuhan , mengapa hantu kam**et ini masih ada dirumahku " ucapku dalam hati
Tanpa pikir panjang aku pun langsung mengambil pisau yang ada disampingku dan langsung ku hantamkan pisau itu ke tubuhnya . Tubuhnya mengejang hebat disertai keluarnya cairan darah ke segala arah . Belum puas aku lalu menggorok lehernya dan mencabut matanya hingga keluar cairan berwana kuning dari matanya . Namun kalimat terakhir yang kudengar darinya adalah,,,
" Mengapa kau melakukan ini ,,,??? " ucapnya
" Karna kau hantu , aku tak mau punya pacar hantu , kita ini sudah beda alam !!! " jawabku

Ia pun tampak tak bergerak lagi . Aku tertawa lepas , namun aku melihat kartu namanya yang bersimbah darah berada tepat dibawah kakiku . Aku mengambilnya lalu menyadari bahwa selama ini nama pacarku adalah Jane Rosemary .

Creepy Pasta : Phone Booth

Phone Booth

Source : scaryforkidsindonesia.blogspot.com

Ada dua orang remaja bernama Kenzo dan Tatsuya yang sangat tertarik dan selalu berbagi cerita-cerita misteri. Kapanpun mereka bertemu, mereka selalu mempunyai kisah-kisah baru untuk diceritakan.
Suatu hari, Tatsuya sedang menjelajah internet, ketika ia menemukan sebuah website yang memuat banyak cerita-cerita horror asal Jepang. Ia membaca tentang sebuah kisah tentang sebuah jembatan gantung yang berada di dekat rumahnya. Website tersebut memuat cukup banyak foto dari jembatan itu beserta area di sekitarnya. Setelah ia membaca legenda yang berkaitan dengan jembatan tersebut, Tatsuya yakin bahwa temannya akan tertarik.
Hari berikutnya, Tatsuya bertemu dengan Kenzo, ia pun menceritakan kisah tentang jembatan tersebut kepada Kenzo. Itu adalah sebuah jembatan gantung tua yang membentang pada sebuah jurang yang sangat dalam. Untuk beberapa alasan yang tak dapat dijelaskan, jembatan itu terkenal sebagai tempat bunuh diri. Setiap tahunnya, ada sekitar 20 hingga 30 orang yang menjatuhkan dirinya dari jembatan tersebut dan tewas seketika. Tak seorang pun dapat menjelaskan mengapa hal tersebut dapat terjadi. Orang-orang bilang bahwa jembatan itu dihantui oleh roh-roh dari orang-orang yang bunuh diri di sana.
Ketika Kenzo pulang ke rumahnya saat hari telah malam, ia memutuskan untuk memeriksa jembatan tersebut. Ia benar-benar ingin melihat hantu secara langsung. Jadi, ia memutuskan untuk bersiap-siap pergi ke gunung di mana lokasi jembatan itu terbentang. Itu memerlukan waktu sekitar setengah jam untuk sampai di sana.
Saat itu telah hampir menjelang tengah malam, ketika Kenzo sampai di jembatan tersebut dan tak ada seorang pun di sana. Tempat itu sangat gelap dan sangat sunyi. Keadaan di sekitar jembatan tersebut sangat menyeramkan hingga membuat Kenzo bergidik ngeri.
“Wow, tempat ini sungguh menyeramkan,” Kenzo bergumam sambil berjalan di tepi jurang dengan berhati-hati dan mengintai ke dasar jurang. Ia mulai berpikir tentang orang-orang yang telah terjun ke dalam kegelapan tersebut. Memikirkan hal itu membuat bulu kuduk Kenzo berdiri.
Kenzo pun berniat memberi tahu Tatsuya bahwa ia berada jembatan gantung yang ia ceritakan. Kenzo mengambil ponselnya hendak menelpon Tatsuya, akan tetapi ia tidak mendapatkan sinyal.
Kenzo memperhatikan sekitarnya hingga akhirnya ia menemukan sebuah bilik telepon di dekatnya. Ia memasuki bilik telepon itu, memasukan beberapa koin dan menekan nomor telepon Tatsuya.
“Hello? Tatsuya? Tebak di mana aku sekarang,” kata Kenzo.
“Aku berada di jembatan gantung yang kau ceritakan. Pemandangan di sini sangat luar biasa. Kau harus datang kemari dan melihatnya sendiri.”
“Ya, aku ingin pergi ke sana,” jawab Tatsuya.
“Aku sudah melihat seluruh foto dari jembatan itu... Tunggu... Kamu menelpon ku menggunakan nomor siapa?”
Kenzo tertawa.
“Oh, aku tidak mendapatkan sinyal pada ponselku, jadi aku menelpon menggunakan telepon umum di sini...”
Tatsuya pun kebingungan.
“Telepon umum? Tidak ada telepon umum pada foto-foto yang telah kulihat.”
“Apa maksudmu?” tanya Kenzo.
“Aku berada di dalam bilik telepon umum di ujung jembatan... Tunggu, sebaiknya aku segera pergi.. Ada banyak orang yang mengantri untuk menggunakan telepon ini... Aku akan menelponmu lagi begitu aku tiba di rumah.”
Setelah Kenzo berkata seperti itu, Tatsuya tiba-tiba berteriak, “Tidak! Kenzo, jangan keluar dari bilik telepon tersebut! Aku tahu tempat itu! Aku akan sampai di sana dalam 30 menint. Apapun yang terjadi, jangan bergerak!”
“Ada apa sebenarnya?”
“Berjanjilah padaku kau akan tetap berada di tempatmu berdiri sekarang. Jangan bergerak se-inch pun, mengerti? Akan kututup teleponnya. Aku akan segera ke sana!”
Ketika temannya telah memutuskan sambungan teleponnya, Kenzo merasa dirinya diselimuti oleh ketakutan. Ia tetap berdiri di dalam bilik telepon tersebut sambil menempelkan gagang teleponnya pada telinganya. Ketika ia menengok ke belakang, ia melihat barisan orang-orang berdiri di luar bilik telepon memperhatikannya. Tatapan mereka membuat Kenzo bergidik ngeri.
Setengah jam kemudian, ketika Tatsuya sampai di jembatan gantung tersebut, ia menemukan temannya berdiri persis di ujung jurang. Ia sedang menggenggam sebuah ponsel tepat di sebelah telinganya.

Tidak ada bilik telepon maupun barisan orang-orang yang menunggu untuk menggunakan telepon tersebut. Jika Kenzo bergerak se-inch saja, ia akan terjatuh ke dalam jurang, menjemput ajalnya.

Creepy Pasta : NikuShiba2

NikuShiba2

*Ini Versi 2 nya dari NikuShiba. Hampir Sama Sih.... :v

Source: Mandokusa
(ini adalah Versi ke 2 dari cerita ini)
***
Aku berkunjung ke Jepang, ketika Musim panas.
Aku mendapatkan kabar, bahwa ada Restoran di tengah hutan yang sangat menjaga adat tradisi budaya asli dari Negara yang terkenal dengan bunga sakuranya ini, termasuk olahanya tentang kuliner yang kabarnya sudah melegenda.
Namun, ketika pertama kali aku menginjakkan kaki disini, aku mencoba bertanya pada penduduk local yang ku temui, aku mengatakan kepada mereka tentang “Nikushiba”. Namun tidak ada satupun orang yang mengerti, awalnya aku pikir, mereka tidak tahu karena terkendala oleh bahasaku, akan tetapi meskipun aku bertanya pada seseorang yang memandu wisata kami dimana dia menjelaskan tentang Sejarah Gunung Fuji. Dia juga mengatakan tidak pernah mendengarkanya sebelumnya. Satu-satunya yang mereka katakan, adalah tidak ada Restoran di tengah hutan.
Hutan di bawah gunung Fuji sangat terkenal karena menyimpan sebuah kengerian yang tidak wajar. Banyak orang-orang mati gantung diri disini, mereka memilih bunuh diri di hutan lantaran kabarnya, disini adalah tempat yang tenang untuk bersemayam. Umumnya mereka yang bunuh diri adalah mereka yang tidak sanggup menahan malu karena perbuatan mereka, atau mungkin kesalahan yang mereka buat, namun tetap saja, meskipun pemerintah melakukan pencegahan besar-besaran, masih banyak tercatat kasus bunuh diri disini.
Aku memutuskan untuk turun dari bus, saat berada di zona Hutan Lindung. Disana, ada sebuah jalan yang mengarah pada puncak gunung Fuji. Informasi yang ku dapat, aku harus berjalan masuk dan menelusurinya.
Aku sudah mempersiapkanya jauh-jauh hari.
Aku mulai berjalan sendirian menelusuri hutan yang kelam. Tidak ada yang bisa ku lihat, bahkan tidak ada suara burung berkicau layaknya hutan-hutan yang pernah ku singgahi.
Aku terus berjalan, sampai akhirnya aku terjatuh akibat kelelahan. Aku bersandar pada Pohon besar, dan meneguk air yang tersisa di tasku. Ketika aku sedang menikmati keindahan panorama alam disini, aku melihat seseorang sedang mendorong gerobak, sontak aku berdiri, dan membantunya untuk mendorong.
Pria tua itu hanya diam saja dan terus mendorong tanpa memperdulikanku. Aku begitu penasaran, apa yang di lakukan pria tua dengan gerobak di dalam hutan. Aku juga begitu penasaran apa yang ada di dalam gerobak ini, aku mencoba berkomunikasi dengan pria itu, namun dia hanya menatapku datar. Kemudian, entah apa yang ku pikirkan sebelumnya, tiba-tiba aku mengatakan, “Nikushiba”.
Pria itu tiba-tiba berhenti, dan mengatakan “ikuti saya tuan—“ aku cukup terkejut dia bisa berbicara dan mengerti ucapanku.
Aku mencoba membuka obrolan, “jadi tuan—apa itu Nikushiba?”
Pria itu hanya diam, tak menjawab pertanyaanku. Mungkin dia tidak ingin membicarakanya, aku kembali mencoba membuka percakapan “ngomong-ngomong apa yang anda lakukan di tengah hutan seperti ini dengan gerobak? Anda pedagang. Dan apa ini adalah dagangan anda”
Pria itu masih tidak mau menjawabnya.
Aku terpaksa mengikutinya dengan perasaan tidak enak, tidak ada percakapan selama perjalanan, sampai aku melihat sebuah Paviliun di tengah-tengah hutan. Sangat besar, dan terjaga.
Ketika aku melangkah masuk, aku melihat banyak orang sepertiku. Mereka turis yang sedang menikmati sajian lezat di depan mereka dengan lahap, wajah mereka tampak senang dengan bergurau bersama-sama. Ketika aku akan berjalan menuju mereka, pria tua itu, menarik lenganku. “Kamar anda di sebelah sini Tuan?”
Aku masuk ke dalam kamar, dengan pemandangan yang langsung mengarah pada megahnya Gunung Fuji. Beberapa saat kemudian, banyak pelayan masuk dan menyajikan makanan olahan daging yang berlimpah di depanku, mereka menuangkan sake, kemudian memberitahu bagaimana cara menikmati makanan tradisional ini.
Aku mulai mencobanya. Daging merah dengan bumbu cabai pedas, ketika aku merasakanya. Kelembutan yang tak pernah ku rasakan seketika memanjakanku. Ini sangat nikmat, sangat luar biasa. Pelayan wanita mulai menuangkan sake mereka kepadaku. Aku seperti tidak berada di duniaku lagi. Ini lebih dari hal yang tidak bisa ku jelaskan lebih jauh.
Tanpa ku sadari, perutku sudah penuh, dan aku tidak bisa memasukkan apapun lagi ke dalam perutku. Beberapa saat kemudian, pria tua itu berjalan masuk dan duduk di depanku, seketika aku berdiri, dan dia bertanya apakah aku cukup puas.
Aku bersemangat dengan mengatakan “tentu saja—ini sangat nikmat”
“ngomong-ngomong. Bagaimana anda bisa mengelola restoran di dalam hutan?? Maksudku, restoran anda akan sangat terkenal bila tempatnya mudah di temukan”
Pria tua itu mengatakan “kami tidak membutuhkan uang, kami tidak membutuhkan nama. Kami disini untuk menjaga sebuah tradisi, Nikushiba adalah tradisi kami”
“apa itu Nikushiba? “ aku kembali mengajukan pertanyaan itu.
“kau benar-benar ingin mengetahuinya??” ucapnya dingin.
“ya” jawabku.
“ikutlah denganku” pria itu berdiri dan membawaku menelusuri lorong, aku tidak pernah menyangka, Paviliun ini sangatlah luas. Lebih luas dari perkiraanku sebelumnya.
“Nikushiba adalah tradisi turun temurun yang di jalankan oleh keluarga kami, ini berujuan agar para Dewa yang ada di gunung Fuji tidak murka terhadap negri kami. Jadi, ini adalah Tradisi. Sebuah budaya yang kami jaga”
Aku masih mendengarkan dia berbicara, ketika kami sampai di ujung lorong, aku melihat banyak pintu khas Negara Jepang kebanyakan, pintu geser, “apakah anda tahu, resep dari makanan olahan kami?”
“tidak” aku menggeleng kepadanya. Dia tersenyum dan kemudian menggeser pintu.
“ini adalah Resep Daging yang kami olah, masih segar, dan tentu saja.. masih Fresh” ucapnya.
Aku mematung, dan mengangah di depan pintu, saat melihat seorang pria tanpa busana, di gantung dengan jeroanya di potong oleh wanita-wanita pelayan, mereka menguliti tubuh pria itu dengan sangat terampil seperti menguliti Rusa.
Mereka juga mengalirkan darahnya pada baskom layaknya binatang.

Dan kau tahu, apa yang lebih buruk dari semua ini. “Pria yang mereka kuliti, adalah salah satu Turis yang aku lihat tadi, yang sedang menikmati makananya” saat, aku menatap pria tua itu lagi. “Sesuatu menghantam keras kepalaku”

Creepy Pasta : NikuShiba

NikoShiba

Source: MandokuSa

Aku adalah seseorang yang bekerja sebagai Analis makanan, aku sudah datang ke banyak tempat di negara-negara yang terkenal dengan sajian kulinernya.
Biasanya, aku datang berkunjung ke Negara tertentu setelah mendapat rekomendasi dari seseorang. Suatu, hari. Saat aku berada di Eropa, ada seseorang yang merekomendasikan sebuah tempat yang harus aku kunjungi. Dia menjelaskan tempat ini sangat jarang terekspose, karena sajian kulinernya yang sudah sangat-sangat terkenal, namun hanya orang-orang tertentu yang bisa mencicipinya.
Mendengar itu, aku menjadi sangat tertarik untuk mengunjunginya.
Pria itu menjelaskan kepadaku. “Pergilah ke Negara Jepang, dan singgahlah di Parawisata menuju Gunung Fuji, turunlah ketika kau sudah sampai di pemberhentian tepat di jalanan sebelum keluar dari area Hutan lindung, kau akan menemukan sebuah jalan setapak untuk mendaki.
Masuklah, dan kemudian telusuri jalan itu. Bila beruntung, kau akan bertemu dengan seseorang. Siapapun yang kau temui itu, dia tidak akan datang bertanya kepadamu, jadi, kau yang harus datang kepadanya. Katakan kepadanya “NikuShiba” kepadanya, dan dia akan mengerti. Kemudian dia akan membawamu menuju sebuah restoran yang menyajikan sajian kuliner budaya yang sudah di jaga turun temurun oleh mereka yang mengelolanya”
**
Musim panas, aku akhirnya memutuskan pergi ke Negara jepang seperti apa yang di katakan oleh kenalanku. Aku melakukan semua prosedur yang dia ceritakan.
Tanpa ku sadari, aku sudah berada di jalan setapak menuju Gunung Fuji, setidaknya aku sudah berjalan lebih dari 40 menit, namun aku belum menemukan tanda apapun disini. Tempat ini sangat sunyi, tidak ada yang bisa ku lihat selain, Pohon-pohon besar tua dengan sulur dimana-mana.
Aku mulai mempertanyakan apa yang kenalanku katakan. Apakah dia sedang mengerjaiku. Karena bila itu benar, maka ini adalah lelucon terburuk yang pernah di katakan oleh seseorang.
Aku meneguk air putih, saat. Suara dari gerobak terdengar olehku. Aku melihat seorang pria tua mendorong gerobak di tengah hutan. Melihat itu, aku menghampirinya.
Aku berusaha menyapanya, dan berbicara kepadanya. Namun pria itu sama sekali tidak mendengarkanku. Dia masih sibuk mendorong gerobaknya di tengah-tengah hutan.
Aku teringat dengan pesan temanku, kemudian ku ucapkan kepadanya. “NikuShiba”.
Pria itu berhenti untuk beberapa saat. Kemudian tersenyum dan membungkuk kepadaku, seperti kebanyakan orang jepang saat menyapa seseorang.
Pria itu kembali mendorong gerobaknya, dan aku mulai mengikutinya.
Setelah menempuh perjalanan yang panjang, aku terkejut melihat sebuah Paviliun tua, yang masih sangat terawat. Tempatnya besar, dan masih sangat terjaga dengan tradisi. Aku tidak menemukan listrik dimanapun, sepertinya. Kabar tentang orang jepang yang sangat menghormati tradisi nenek moyang mereka itu bukanlah hisapan jempol. Pria itu merentangkan tanganya, memintaku untuk mengikutinya.
Dia memintaku untuk duduk di bantal kecil, kemudian meninggalkanku. Aku masih memikirkan apakah ini adalah tempat yang kenalanku maksud sebelumnya.
Tidak beberapa lama kemudian, banyak wanita masuk dan menyajikan berbagai olahan masakan di atas mejaku. Aku sangat terkejut, mereka melayaniku dengan sangat baik, layaknya aku adalah tamu kehormatan yang penting.
Aku mencoba bertanya beberapa hal, namun tidak ada satupun dari mereka yang menjawab atau melihatku. Mungkin mereka tidak bisa menggunakan bahasa inggris, aku mencoba mengerti. Setelah para wanita itu pergi, pria yang ku temui berjalan masuk. Dia membungkuk, dan duduk di depanku. Kemudian mengatakan “NikuShiba”.
Mataku memandang olahan makanan di depanku, semuanya terlihat menggiurkan, aku bisa melihat sushi berbagai bentuk, kemudian daging, dan sake, banyak makanan yang ingin aku cicipi. Aku mulai melahap makanan di depanku, ketika aku menggigitnya, rasanya seolah lumer di mulutku. Seperti mencelos masuk dengan lembut melewati kerongkonganku, setiap gigitanya terasa kenyal namun sangat nikmat. Aromanya yang harum, kemudian rasanya yang sangat tidak masuk akal, membuatku geleng-geleng. Ini adalah makanan terlezat yang pernah ku rasakan sebelumnya.
Aku tidak bisa berhenti memuji setiap, makanan itu masuk ke dalam perutku.
Setelah jamuan itu selesai, aku bertanya pada pria di depanku.
“apakah anda mengerti dengan ucapanku?”
Dia hanya diam dan tersenyum menatapku. Aku pikir dia memang tidak mengerti. Namun, aku adalah seorang Anlis maknan, dunia harus tahu tempat ini. Setelah aku pulang, aku akan menulisnya dan membuat semua orang datang kesini.
Aku mencoba berinteraksi dengan pria tua itu kembali. Aku menunjuk makanan itu dan memintanya memberitahu resepnya, bagaimana sushi ini di olah, bagaimana daging ini di sajikan, bagaimana makanan ini di buat. Aku menjelaskanya secara detail menggunakan bahasa isyarat, dan sepertinya dia mengerti. Dia seolah memintaku beristirahat dan nanti, dia akan menunjukkanya.
Setelah aku puas beristirahat, pria itu mengajakku. Dia kembali mendorong gerobaknya di tengah sore—hari kian gelap. Dan aku mencoba bertanya kenapa tidak pergi, saat pagi hari saja. Namun dia hanya diam.
Dia membawa lampu pijar di atas gerobaknya. Mendorong menyusuri hutan yang gelap.
Saat kami berjalan cukup jauh, dia berbicara kepadaku “apakah anda tuan—berjanji akan tetap menjaga rahasia tradisi kami?”
Aku terlihat bingung,
“ini adalah tradisi kami, turun temurun sejak buyutnya buyutku menjalankanya. Restoran kami sudah berdiri lebih dari satu abad. Dan kami akan selalu menerima tamu dari manapun yang ingin merasakan makanan para Dewa.”
Aku cukup terkejut dia bisa berbicara dengan bahasa inggris. “jadi tuan” katanya “ kau akan berjanji menjaga rahasia tradisi kami ini?”
Aku mengangguk dan mengatakan untuk berjanji menjaga tradisinya.
Dia tersenyum, kemudian berhenti di bawah Pohon yang besar. Aku menatap ke sekeliling, namun tidak ada apapun disini.
“Daging olahan yang anda makan berasal dari sana?” pria tua itu menunjuk ke atas pohon.
Aku mematung, mengangah melihat apa yang ada di atas. “banyak mayat tergantung di atas kami, mungkin ada tujuh sampai sepuluh mayat”
“jadi—tadi, saya memakan-makanan dari daging--ini?” aku menelan ludah,
“Iya tuan. Itu adalah cara kami untuk menjaga tradisi disini. Orang-orang yang bunuh diri, mereka tidak akan di terima di sisi dewa, namun dengan memakan tubuh mereka. Kita telah membantunya untuk menuntun mereka saat kita nanti meninggal. Begitulah tradisi ini agar tetap terjaga. Apakah ada yang salah?” kata pria itu menatapku.
Aku terdiam untuk beberapa saat. Kemudian tersenyum kepadanya “Tentu saja, tidak!! Pantas saja. Daging yang aku makan tadi, rasanya aku pernah mencobanya saat ada di Afrika”

Creepy Pasta : The Talking Doll

The Talking Doll
(Boneka yang Bisa Berbicara)

Di suatu Tempat, Tinggalah sepasang Suami Istri yang sudah tua. mereka mempekerjakan seorang pembantu baru untuk membersihkan dan mengurus rumah mereka yang besar. Si Wanita tua adalah seseorang yang sangat suka dengan Boneka, di rumahnya bahkan ada ruangan khusus tempat dimana dia mengoleksi Boneka-boneka itu.
Satu minggu sekali, Pembantu baru itu akan membersihkan Ruangan tempat dimana Koleksi boneka itu berada, namun, pembantu baru itu adalah orang yang sangat benci dengan yang namanya boneka.
Ketika dia asyik membersihkanya, tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah boneka yang aneh, boneka yang berpenampilan layaknya gadis kecil dengan Tali di punggungnya, yang membuat Boneka itu dapat berbicara.
Penasaran dengan itu, Pembantu baru itu mencoba menarik Tali di punggung Boneka itu, dan seketika itu juga Boneka itu berbicara, “Halo” pembantu baru mencoba menarik kembali tali boneka tersebut, “Aku suka dengan mamaku” kata boneka.
Setelah itu, Pembantu baru itu meletakkan kembali boneka itu pada tempatnya dan melanjutkan pekerjaanya.
Beberapa minggu kemudian, debu yang ada pada boneka koleksi menumpuk, dengan kesal, Pembantu baru itu menggosoknya dengan kuat, akan tetapi dia menggosoknya dengan kasar—dan terburu buru, sehingga membuat Boneka itu terjatuh dan hancur, mendengar suara gaduh itu, wanita tua segera mendatangi tempat dimana suara itu berasal.
Ketika dia melihat, salah satu Bonekanya terjatuh dan hancur, wajahnya tampak sedih, namun dengan cepat Pembantu baru itu segera memohon dan memelas pada wanita tua “Saya mohon nyonya, saya tidak sengaja. Saya berjanji tidak akan melakukan ini lagi. Saya akan lebih berhati-hati membersihkanya”
Melihat itu, Wanita tua tampak memberikan sedikit teguran kepada pembantu baru. Agar—dia berjanji akan lebih berhati-hati ketika membersihkan Rumah ini, terutama pada boneka-bonekanya. Sang pembantu tampak setuju.
Keesokan harinya, Pasangan suami-isteri tua itu harus pergi ke luar kota, jadi terpaksa dia meninggalkan pembantu itu sendirian di dalam rumah. Ketika sang pembantu sedang menikmati Cokelat lembutnya, dia teringat dengan ekspresi wanita tua itu ketika melihat bonekanya rusak dan hancur, melihat dirinya yang juga sedang kesal pada mereka, terpikir ide jahat untuk membuat perhitungan pada mereka.
Saat itu juga, Si pembantu masuk ke Ruangan penuh boneka itu dan menjatuhkanya, dan berpura—pura merasa bersalah ketika Boneka-boneka itu hancur di depanya “Ups” ucapnya seolah-olah dia adalah pemeran film dengan acting yang bagus. Mendengar suara bagaimana boneka itu hancur, membuatnya semakin senang, jadi dia semakin brutal menghancurkan boneka –boneka itu. Ketika dia sedang Asyik dengan apa yang dia lakukan, tanpa sepengetahuanya, Pasangan suami –isteri itu kembali pulang, dan betapa terkejutnya wanita tua itu melihat apa yang di lakukan oleh pembantu mereka.
“APA YANG KAU LAKUKAN!!”
Sang pembantu tampak terkejut, dirinya tertangkap basah menghancurkan koleksi boneka majikanya. Melihat ekspresi wajah Isterinya yang sangat marah, sang Suami, langsung berteriak dan memecat Pembantu baru itu dan segera mengusirnya.
Tampak kesal dengan apa yang menimpanya, Malam itu juga, ketika hari sudah larut, si Pembantu kembali ke rumah dan masuk melalui jendela, mengendap-endap kemudian mengambil Pisau dapur yang besar dan berjalan menuju pasangan Suami Isteri yang sudah terlelap dalam tidurnya, dengan cepat, Si pembantu segera membunuh Pasangan itu dengan sadis.
Pagi itu, Polisi melakukan penyelidikan atas kasus kematian pasangan itu. Si Pembantu kembali ke rumah seolah-olah terkejut dengan apa yang terjadi dengan rumah majikanya, jadi dia menjelaskan bila dirinya memang sempat bekerja disini, Si pembantu tampak menangis tersedu-sedu menceritakan ‘Bagaimana ada Orang yang tega membunuh Pasangan yang sangat baik—ini”
Polisi mencatat semuanya, Si Pembantu kemudian pamit, untuk memeriksa apakah tidak ada barang berharga yang hilang atau di Rampok, ketika dia memasuki Ruangan dimana koleksi boneka itu berada. Si Pembantu melihat salah satu Boneka masih tampak Bagus sedang duduk menatapnya. Si Pembantu kemudian memungutnya, dan menarik kabelnya “Halo” kata Boneka itu, “KENAPA KAU MEMBUNUH IBUKU??”
Si Pembantu sangat terkejut mendengar suara itu. Jadi dia menarik kembali kabel di punggung Boneka tersebut, “KENAPA KAU MEMBUNUH IBUKU YANG BAIK HATI? PADAHAL KAU TAHU BAHWA DIA MEMANG SANGAT BAIK KEPADAMU” kata boneka tersebut, “Apa?? Apa yang kau katakan??” kata si Pembantu tampak shock.
“KAU—TELAH MEMBUNUH IBUKU!!”
Mendengar itu, dengan cepat Si Pembantu melemparkan Boneka itu, dan berlari menjauh dari rumah.
Keesokan harinya, Pembantu Baru itu di temukan tewas di dalam Kamarnya, dia sedang memeluk Boneka itu.

Ketika Kepolisian mengambil Boneka itu, salah satu mencoba menarik Tali di punggung Boneka “DIA MEMBUNUH IBUKU!! DIA MEMBUNUH IBUKU!! DIA MEMBUNUH IBUKU” kata boneka itu berulang-ulang.

Creepy Pasta : Schizophrenia

Schizophrenia

“Tuan Johnston, menurut laporan di sini, dikatakan bahwa anda menderita schizophrenia dengan kecenderungan melakukan tindak kekerasan brutal.” Dengan kacamata baca bertengger di hidung, si psikiater berujar dengan setengah bergumam sambil memeriksa catatan.
“Menjelaskannya pada saya tak akan mengurangi hukuman anda,” lanjutnya, “namun mungkin bisa membantu anda menjernihkan kesadaran, anda paham hal ini?”
Aku mengangguk.
“Jadi, anda mau mulai dari mana?”
“Suara-suara itu,” kataku dengan pandangan mengarah pada langit-langit.
“Suara-suara. Hmmm … apakah semua itu mengancam atau berbahaya?”
“Kadang-kadang.”
“Apa suara-suara itu membuat anda marah?”
“Bisa dikatakan begitu.”
“Apakah anda mendengar suara-suara itu sekarang?”
"Tidak."
Si psikiater mendesah, aku melirik ke arah kursinya yang berderit saat dia mengempaskan bobot tubuh di atasnya.
Berapa lama lagi aku mesti berhadapan dengan kunyuk satu ini?
“Sekitar tigapuluh lima menit lagi, dok,” sahutku dengan menggertakkan rahang.
Dia menjawab dengan keterkejutan yang tak bisa disembunyikan, “maaf?”
“Anda masih harus berhadapan dengan kunyuk satu ini untuk sekitar tigapuluh lima, sebentar, tigapuluh empat menit lagi.”
“Sa-saya … tak mengerti maksud anda ….”
Jangan-jangan dia bisa membaca pikiranku?
"Tepat sekali. Saya bisa melakukan hal itu."
“Oh, uh, unik sekali! Apakah anda bisa mendengar apa yang sedang saya pikirkan sekarang?”
"Yah, kurang lebih."
“Oh Tuhan!” katanya dengan panik, “sa-saya rasa … anda harus pergi sekarang!”
“Terus, bagaimana dengan kesadaran saya?” tanyaku dengan nada sinis.
Gemetaran, dia berdiri dan bergegas menuju pintu dan membukanya. Dengan menutup mata dan menunjukan pintu keluar dia mengusirku, “Pergilah!”
Kuangkat tubuhku dari sofa dan berjalan menuju pintu.
Jangan berpikir mengenai putrimu, jangan pikirkan apa yang kau lakukan terhadap putrimu.
Aku berhenti dan menoleh, “permisi sebelumnya … apa yang anda lakukan terhadap putri anda?”

Aku bergidik, dan segera menyengkeram lehernya, “dasar kau bandot keparat!”

Creepy Pasta : Unconditional

Unconditional
(Tulus)

Aku mengetukkan jari-jemariku pada kemudi dengan tak sabar. Ketika lampu berubah hijau, mobilku langsung melesat. "Rumah Sakit Lutheran Mercy, 2 mil," kata GPS-ku. Baguslah. Aku benci harus berputar-putar di kota yang tak kukenal.
Aku mendengar gadis kecil yang terluka itu mengerang dari belakang kursiku.
"Bertahanlah, sayang, sebentar lagi kita sampai," ujarku lembut.
Sambil menyetir, aku mengenang kembali konferensi pers yang pernah kutonton di TV baru-baru ini. Putri Laura dan Allen Hoyle telah diculik. Pasangan itu nampak berdiri berdampingan dengan mata berlinang di depan polisi, tetangga dan reporter, memohon agar putri mereka dikembalikan. Mereka memegang foto-foto putri mereka, berkata mereka mencintainya. Seperti biasa. Sambil menyetir, aku membayangkan anak-anak yang telah diculik sebelum dirinya.
3 tahun lalu, Melissa Tanner, 16 tahun, diculik. Orangtuanya juga memohon agar dirinya dikembalikan. Mereka bercerita tentang kebaikan hati Melissa, dan mimpinya untuk menjadi pemain basket profesional. Mereka sangat bangga padanya.
2 minggu kemudian, Melissa ditemukan di sebuah tempat sampah. Kedua kakinya dihantam sampai hancur dengan martil. Ia selamat, namun tak akan bisa bermain basket lagi.
2 tahun lalu, Cody Mason, 14 tahun, diculik. Ayahnya yang orangtua tunggal berkata akan melakukan apa saja agar anaknya dikembalikan. Ia bilang, Cody anak yang sangat berbakat, dan programer komputer yang hebat.
2 minggu kemudian, Cody ditemukan di sebuah tanah kosong, hidup, tapi kehilangan kedua tangannya.
Setahun yang lalu, Joseph Somerset,10 tahun, diculik. Orangtuanya menyebarkan pamflet dan menyebar berita kehilangan di jejaring sosial. Mereka bicara soal kecerdasannya; betapa ia seorang anak jenius ber-IQ tinggi yang kelak dapat mengubah dunia.
2 minggu kemudian, Joseph ditemukan di kolam renang publik, nampak linglung. Setelah beberapa hari, kondisinya tidak membaik. Baru kemudian diketahui bahwa ia telah menghirup zat anti beku, cairan pemutih, pembersih kaca, racun tikus, dan beragam zat kimia lainnya. Walaupun dosisnya tidak membunuhnya, namun cukup untuk mempengaruhi kemampuan mentalnya.
Aku berbelok ke halaman parkir rumah sakit dan memarkir mobilku di area sepi di belakang gedung. Saat aku turun, aku kembali memikirkan semua anak itu. Orangtua mereka mencintai mereka, tapi untuk apa? Apakah mereka mencintai anak-anak mereka apa adanya, atau karena bakat dan kelebihan mereka?
Aku membuka pintu belakang dan mengeluarkan tubuh kecil itu dengan hati-hati. Gadis kecil itu merintih saat aku menggendongnya.
Tentu saja, sangat mudah mencintai seseorang karena kelebihan-kelebihannya. Tapi, bagaimana dengan kelemahan atau kekurangan mereka?
Aku meletakkan tubuh gadis kecil itu di atas aspal.
"Oke, sayang, akan kutinggalkan kau di sini. Kalau nanti kau dengar mobilku pergi, menjeritlah sekuat-kuatnya, ya?"
Dia mengangguk. Tangan dan kakinya yang masih terikat nampak gemetaran. Air mata merah mengalir dari kain penutup matanya. Saat aku menyetir menjauhi gedung itu, aku mendengarnya menjerit.
Orangtua cenderung mudah mencintai anak-anak mereka karena bakat dan kelebihan mereka, tapi bagaimana kalau bakat atau kelebihan itu diambil? Apakah perasaan mereka masih sama?
Eliza, korban terakhirku barusan, usianya baru 4 tahun. Dia belum menunjukkan bakat apa-apa. Tapi, seperti yang sudah kubilang, orangtuanya pun memuji-mujinya setinggi langit.

Mereka bilang, dia punya mata yang paling indah.

Creepy Pasta : Symmetry

Symmetry
(Simetris)

Aku sangat suka simetri sejak kecil. Waktu aku kecil, kebanyakan anak seumurku sangat berantakan dan sering lupa meletakkan barang, tapi aku tidak. Aku selalu ingat posisi semua benda yang kususun, dan di kamarku, semua benda tersusun rapi dan teratur di tempatnya masing-masing. Orangtuaku dan kakek-nenekku tidak ada yang punya "Itu." Aku menyebutnya "Itu" karena aku menganggapnya sebagai sesuatu yang tumbuh di dalam diriku. Yang kumaksud dengan "Itu" adalah keinginan, hasrat, untuk selalu sempurna dan simetris dalam segala hal.
Sebagai orang dewasa, hidupku tidak normal. Aku tak bisa mempertahankan pekerjaan dalam jangka waktu lama. Tak ada wanita yang tahan berhubungan lama denganku. Mereka semua tak tahan dengan "Itu." Aku tak peduli. Mereka semua berantakan dan membuat hidupku sulit. Mereka berguling ke sisi ranjangku saat bangun dan bukannya tetap berbaring di sisi mereka sendiri. Mereka menumpuk piring kotor di satu sisi wastafel, tapi tak pernah di sisi satunya. Aku tak bisa hidup di dalam rumah seperti itu, jadi setiap kali mereka keluar, aku tetap tinggal di rumah dan memperbaiki posisi barang-barang. Pada akhirnya, tak ada yang bertahan lama, dan aku merasa lega ketika mereka pergi.
Selain masalah pekerjaan dan hubungan, aspek hidupku yang lain lumayan normal. Aku bilang "lumayan" karena ada satu masalah kecil dengan diriku. Aku memiliki kondisi yang disebut Heterochromia Iridium: iris mataku memiliki warna yang berbeda satu sama lain. Mata kananku berwarna biru, dan mata kiriku hijau. Kedua orangtua dan saudara-saudaraku semua memiliki mata biru. Mata hijau inilah yang selalu membuatku merasa aneh, tidak seimbang. Setiap kali aku menatap cermin, aku melihat kesalahan kecil yang aneh itu pada wajahku. Semuanya simetris, kecuali mata hijauku.
Ketika pertama kali aku memaksa menyelipkan ujung sendok ke balik bola mata kiriku, rasanya tidak sakit. Bahkan ketika bola mataku akhirnya menggantung di luar lubang mata di depan pipiku, rasanya masih tidak sakit. Apakah karena aku terlalu kaget sehingga tidak merasa sakit? Kupotong syaraf yang masih tersambung di bola mataku, lalu kubersihkan darah dan cairan kental yang merembes keluar dari bola mataku. Aku membalutkan perban menutupi lubang mata kiriku, bersih-bersih, lalu tidur.
Aku bangun dengan senang. Aku tak pernah tidur selelap itu selama bertahun-tahun. Akhirnya, tak ada lagi yang salah pada diriku! Aku beranjak bangkit dari ranjang dan berjalan tersaruk-saruk ke kamar mandi. Kepalaku terasa sakit. Aku menyalakan lampu, berdiri di depan cermin, dan pelan-pelan membuka perban yang berlumuran darah dan lengket di atas lubang mataku. Ketika aku menatap cermin, aku merasa mual. Saat itu, aku baru menyadari apa yang telah kulakukan. Ada lubang di sisi sebelah kiri wajahku...tapi tak ada lubang di sebelah kanan. Lagi-lagi aku menjadi tidak simetris.
Mencungkil mata yang kedua rasanya lebih sulit. Tanganku gemetar, dan aku menusuk bola mataku dengan ujung sendok tiga kali sebelum berhasil menempatkannya di posisi yang tepat. Setelah mataku menggantung keluar, aku meraba-raba mencari gunting untuk menggunting syaraf. Akan tetapi, rupanya masih ada darah kering yang menempel di gunting dan membuatnya tumpul.
Apa kau ingat ketika membuat prakarya saat masih kecil, kau menggunting begitu banyak kertas, dan satu kali, bilah gunting tidak menggunting lembaran kertas sehingga kertas itu hanya terjepit di antaranya? Itulah yang terjadi. Aku tak kunjung berhasil memotong syaraf optik yang menggantung bola mata di depan pipiku karena bilah guntingnya menempel dan tersangkut. Ketika aku dengan panik mencoba menarik-nariknya, aku nyaris terpeleset oleh darah di lantai.
Berat gunting yang menggantung di depan wajahku sangat menyakitkan. Jadi, aku memutuskan untuk menarik bola mataku dan syarafnya sekuat tenaga. Aku menarik dan menarik, merasakan daging dan syaraf tercerabut putus dari dalam kepalaku. Cairan kental dan darah muncrat kemana-mana.
Ketika aku mendengar bola mataku jatuh ke lantai, aku tahu semuanya sudah selesai. Aku tahu aku tak perlu lagi hidup sambil melihat kekacauan yang diciptakan semua orang di sekitarku. Kelegaan melanda diriku, dan saat aku berbaring di lantai kamar mandi yang dingin, aku tersenyum untuk pertama kalinya setelah sekian lama.

Monday, August 3, 2015

J-Creepy Pasta : Monkey Dream 2

Monkey Dream 2

Catatan pengarang: Well, komentar dari para pembaca Monkey Dream mulai bermunculan. Komentar-komentar ini mengaku bahwa kesialan akan menghinggapi siapapun yang membaca cerita ini. Aku membacanya cepat-cepat. Mungkin ini hanya kebetulan, namun 4 hari setelah aku membaca cerita ini, aku mengalami mimpi buruk yang dapat kusebut sekuel dari “Monkey Dream”. Ini memang tak bisa dibandingkan dengan cerita pertama, namun aku akan mengisahkannya di sini.


Di mimpi ini, aku sedang berada di taman bermain di Nagoya. Aku sedang naik sebuah roller coaster kecil yang mungkin sudah tidak ada lagi di sana. Itu adalah sebuah wahana untuk anak kecil yang akan mengelilingi taman bermain dengan kecepatan rendag. Aku masih sangat kecil ketika terakhir menaikinya, namun seingatku wahana itu berjalan selama 3-5 menit. Tepat sebelum jalan keluar terdapat sebuah terowongan kecil dimana di ujungnya ayah akan berdiri di sana dan mengambil fotoku. Di sampingnya berdiri ibuku, melambaikan tangannya ke arahku dan tersenyum ketika ia memanggil namaku. Aku sangat bahagia saat itu, jadi saat itu merupakan kenangan paling indah dalam hidupku.

Ini terjadi tepat sebelum ayah mulai melecehkanku.

Kereta ini memiliki dua tempat duduk per baris. Di mimpiku, aku berada di barisan paling depan. Kakak perempuanku, yang masih berupa anak kecil dalam mimpiku, duduk di sebelahku. Ketika kami masih kecil, aku sering mendongak ke atas untuk melihat wajah kakakku dan bercanda dengannya. Namun dalam mimpiku, aku sudah berumur 20-an tahun, sehingga dengan perbedaan umur kami, kami berdua lebih tampak seperti ayah dan anak ketimbang kakak adik. Namun merasakan nostalgia dan ingin menikmati mimpi tersebut.

Kereta itu melintasi rel dengan perlahan dan akhirnya kami tiba di terowongan tersebut.

Ketika terowongan itu berakhir, aku bisa melihat ayahku ketika ia masih baik, pikirku.

Namun saat kereta meninggalkan terowongan, aku tak lagi berada di taman bermain. Roller coaster dimana aku duduk telah berubah menjadi kereta api dan kakakku telah menghilang. Aku berada di sebuah gerbong dimana gerbong di depanku merupakan gerbong untuk penumpang yang ingin merokok. Ketika pintu antargerbong dibuka, asap masuk ke dalam gerbongku.

Aku sudah menggunakan shinkansen beberapa kali, jadi aku berpikir bahwa aku sedang memimpikan kereta tersebut.

Aku melihat keluar jendela dan melihat pemandangan yang familiar. Perbedaan satu-satunya antara kenyataan dan mimpiku adalah gerbong ini sangatlah sunyi. Selain itu, aku melihat hanya ada dua orang duduk di tiap baris, meskipun tiap baris bisa menampung hingga dua hingga tiga orang. Semua oran juga terlihat sangat kacau dan berantakan.

Aneh, pikirku. Aku menarik sebuah MP3 player keluar dari tasku dan mulai mendengarkan lagu yang kusuka.

Tiba-tiba kereta memelankan lajunya.

Aneh, ini masih terlalu cepat untuk sampai ke Kyoto? Kita harusnya berhenti dulu di Gifu-Hashima kan? Aku melepaskan kedua earphone-ku untuk melihat di stasiun mana kami berhenti. Namun sepertinya aku melewatkan pengumuman itu karena terlalu asyik mendengarkan musik. Kami tiba di stasiun yang tak aku kenal dan tiba-tiba suara jeritan menggema di dalam gerbong. Pasti ada sesuatu terjadi di bagian belakang gerbong. Namun walaupun suara jeritan itu terdengar jelas, tak seorangpun nampak bereaksi. Apa yang terjadi? Aku mencoba untuk melihat ke belakangku, namun aku tak bisa melihat jauh ke belakangku karena rabun jauhku.

Tak ada yang turun di stasiun itu dan kereta mulai bergerak dengan perlahan kembali.

Baru lima menit kemudian, kereta mulai melambat kembali. Kali ini aku bisa mendengar nama stasiun kereta ini.

“Digantung.” Suara pengumuman itu berkata dan kereta ini kembali berhenti di stasiun yang tak aku kenal. Kemudian terdengar kembali suara jeritan dari dalam gerbong. Aku menoleh dan melihat seorang wanita tua tergantung di belakang gerbong. Ia mencoba melepaskan diri dan mencakari tali yang melingkari tenggorokannya. Ia menendang-nendangkan kakinya, “BANG! BANG! BANG!” di kuris-kursi dan dinding kereta.

Akupun sadar mimpi apa ini. Monkey dream. Aku tahu aku harus bangun secepat mungkin atau mungkin aku takkan bisa bangun selamanya. Namun aku bukan orang yang mampu membangunkan diriku sendiri dari mimpi.

Jadi, aku melihat dan menunggu.

Aku penasaran berapa orang yang sudah terbunuh dan kapan giliranku akan tiba. Seperempat dari kursi-kursi di gerbong belakang telah kosong. Apakah orang-orang tersebut telah dipotong dan disendok, seperti di Monkey Dream yang sesungguhnya?

Tempat dudukku berada di baris ketujuh. Giliranku semakin dekat. Aku harus bangun, namun aku tak bisa. Penjaja makanan lewat, tersenyum sambil mendorong kereta berisi berbagai macam organ dalam.

“Aku tak mampu lagi berada di sini,” aku menampar diriku sendiri, “Cepat bangun! Bangun!”

Aku kembali menoleh dan melihat beberapa orang telah menghilang.

“Mereka lenyap karena mereka terbangun.” Seorang pria berpakaian jas di belakangku berkata, “Jika kamu tak segera bangun, sebentar lagi akan menjadi giliranmu.”

Delapan baris di belakangku, aku melihat darah mengalir.

Aku baik-baik saja. Masih ada enam baris sebelum tiba giliranku. Aku hanya harus cepat-cepat bangun.

Kami tiba di stasiun berikutnya.

“Ditusuk.”

Dan hal mengerikan pun terjadi. Aku mengira aku berada di baris ketujuh, namun pada stasiun itu, lima orang ditusuk menjadi satu seperti sate. Pria di belakangku otomatis akan menjadi yang berikutnya. Namun ia mulai mengigau, “Aku tak ingin bangun. Masyarakat sudah berubah. Istriku ...”

Dengan gemetaran, aku mendengarkan dia mengeluhkan tentang hidupnya.

Dan kemudian aku terbangun.

Aku basah oleh keringat dingin. Mimpi ini terasa seperti mimpi yang sangat panjang. Namun saat melihat jam, aku mungkin hanya tertidur selama 20 menit.

Cerita “Monkey Dream” mungkin telah meninggalkan kesan mendalam bagiku sehingga aku mengalami mimpi semacam itu. Mungkin cerita itu sendiri merupakan “tiket” untuk masuk ke dalam kereta itu.


Aku berharap aku takkan pernah memimpikannya lagi. Aku takut apa yang akan terjadi jika aku sampai di stasiun berikutnya.

J-Creepy Pasta : Monkey Dream

Monkey Dream


Catatan penerjemah (dikutip langsung dari web Okaruto): Ini adalah J-creepypasta yang populer. Aku tak begitu mempercayainya, namun beberapa orang benar-benar mengalami hal aneh setelah membacanya. Paling tidak itu yang kubaca di beberapa comment.

Aku bermimpi. Sejak kecil, kadangkala aku bisa menyadari bahwa aku sedang bermimpi. Kau tahu, hal itu disebut lucid dream. Mimpi ini adalah salah satu dari mimpi-mimpi itu.

Suatu saat, entah untuk alasan apa, aku berada di sebuah stasiun kereta yang gelap, sendirian.

Ini adalah mimpi yang sangat kelam, kataku pada diri sendiri. Tiba-tiba aku mendengar suara seorang pria dari speaker pengumuman. Entah mengapa, aku merasa suara itu keluar dari orang yang tak lagi bernyawa.

“Kereta akan datang sebentar lagi. Jika anda menaikinya, anda akan mengetahui seperti apa rasa takut yang sesungguhnya.” Mengikuti suara pengumuman itu, sebuah kereta tiba di stasiun tersebut.

Menyebutnya sebuah kereta mungkin terlalu berlebihan. Benda itu lebih mirip sebuah kendaraan karnaval. Kereta ini seperti kereta yang biasa ada di pasar malam dan dihias dengan gambar-gambar monyet [di Indonesia ini mungkin dikenal dengan sebutan kereta kelinci]. Ada beberapa orang yang tampak pucat duduk di dalamnya.

Benar-benar mimpi yang aneh, pikirku. Tapi aku hanya ingin melihat seberapa menakutkan mimpi ini, jadi aku memutuskan naik kereta itu. Jika aku terlalu takut nantinya, aku bisa membangunkan diriku sendiri. Toh ini lucid dream kan, mimpi yang kita sadari? Aku bisa memaksa diriku sendiri untuk bangun dari mimpi ini.

Aku duduk di kursi ketiga dari belakang. Udara yang kurasakan hangat, namun sama sekali tak nyaman. Suasana yang kurasakan sangatlah realistis sehingga aku sempat berpikir, apakah aku benar-benar bermimpi ataukah ini nyata?

“Sekarang kereta akan berangkat.” Terdengar suara pengumuman dan keretapun mulai bergerak. Hatiku berdebar penuh antisipasi dan juga kegelisahan ketika aku membayangkan apa yang mungkin akan terjadi. Segera setelah kereta meninggalkan peron, kami memasuki sebuah terowongan. Cahaya ungu yang menakutkan menerangi terowongan.

Aku pernah melihat terowongan ini sebelumnya! Aku ingat. Ini adalah terowongan dari rumah hantu yang ada di taman bermain yang sering aku kunjungi saat kecil. Aku pasti sedang memimpikan kereta monyet dan rumah hantu yang kerap kukunjungi saat itu. Ah, tak ada yang perlu ditakutkan kalau begitu.

Pengumuman lain terdengar menggema di udara, “Berikutnya adalah ikizukuri! Ikizukuri!”

Ikizukuri? Bukankah itu makanan Jepang dimana ikan diiris dan disajikan mentah hidup-hidup?

Entah darimana, aku mendengar suara jeritan yang memekakkan telinga dari belakangku. Aku menoleh dan melihat empat orang cebol memegangi pria yang duduk di bangku terakhir. Setelah aku mencoba melihat lebih seksama, pria itu sedand dipotong-potong dengan pisau dan disiapkan seperti ikizukuri.

Aroma darah segera mengalir di udara dan pria malang itu terus menjerit kesakitan. Organ-organ dalamnya diburai keluar satu demi satu dan berceceran dimana-mana.

Tepat di belakangku adalah seorang wanita berambut panjang yang terlihat pucat. Dia panik untuk beberapa saat, namun segera wajahnya menjadi tenang, seolah tak terjadi apa-apa.

Aku sangat shock melihat kengerian tak terbayangkan yang terjadi di hadapanku. Aku mulai merasa benar-benar takut dan meragukan apakah ini sesungguhnya benar mimpi. Aku memutuskan untuk menunggu sejenak lagi sebelum aku membangunkan diriku sendiri.

Segera aku menyadari, pria yang duduk di belakangnya sudah tak ada lagi. Namun darah dan potongan-potongan dagingnya masih tersisa. Sementara wanita yang ada di belakangku masih menatap hampa ke arah depanku.

“Berikutnya adalah dicungkil.” Terdengar suara pengumuman, “Dicungkil.”

Kali ini, dua dari orang-orang kerdil itu muncul dengan membawa sendok dengan tepi bergerigi. Mereka mulai mencungkil keluar mata dari wanita yang duduk di belakangku.

Segera wajah tanpa ekspresinya lenyap, digantikan dengan suara tangisan yang hampir merobek gendang telingaku. Bola matanya terlempar begitu saja dan bau darah yang sangta menyengat tercium tak tertahankan.

Aku mulai gemetar ditelan rasa takut. Aku menolehkan pandanganku kembali ke depan dan tahu, inilah saatnya. Aku tak mampu menahannya lebih lama lagi. Ditambah lagi, sesuai dengan urutan tempat duduk, akulah yang akan menjadi korban berikutnya.

Aku hendak membangunkan diriku sendiri, namun rasa penasaran tetap saja berkecamuk. Aku ingin tahu, pengumuman apalagi yang akan diberikan selanjutnya.

“Digiling berikutnya,” pengumuman itu datang, “Digiling.”

Sial! Mudah untuk membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Aku berkonsentrasi sekuat mungkin dan mencoba membangunkan diriku sendiri.

Ini hanya mimpi! Bangunlah! Bangunlah! Aku selalu mengulang-ulang kata-kata itu apabila aku ingin bangun dari mimpiku dan itu selalu berhasil.

Tiba-tiba aku mendengar suara “Whiiiiiirrrrr” yang keras, seperti suara mesin. Kali ini seorang cebol duduk di bawahku sambil memegang sebuah alat penjepit yang sangat aneh. Aku hanya bisa berasumsi bahwa itu adalah sejenis alat pencincang dari besi. Rasa takutku pun makin meningkat.

Ini hanya mimpi! Bangunlah! Bangunlah! Aku menutup mataku dan berdoa dengan segenap hati.

“Whiiiiiiiiiiiirrrrrrrr ...” suara tersebut bertambah keras dan keras. Aku dapat merasakan hembusan angin dari mesin yang berada tepat di wajahku.

Aku yakin aku akan mati.

Kemudian tiba-tiba suasana menjadi sunyi.

Aku lepas dari mimpi buruk itu. Aku terbangun di tempat tidur, bermandikan keringat. Air mataku pun jatuh.

Aku bangun dari kasur dan pergi ke dapur untuk mendapatkan segelas air minum. Aku mencoba menenangkan diriku.

Apa yang aku alami barusan terasa sangat nyata, mengerikan. Namun aku meyakinkan diriku bahwa itu hanya mimpi. Hanya mimpi.

Hari berikutnya, aku menceritakan mimpi tersebut pada teman-temanku di sekolah. Namun mereka semua berpikir itu adalah hal yang lucu.

Sebab bagaimanapun, itu hanya sebuah mimpi.

Empat tahun kemudian, saat aku kuliah, aku benar-benar melupakan mimpi itu.

Hingga satu malam ketika aku tengah bekerja, semua kembali dimulai.

“Berikutnya adalah dicungkil.” Terdengar suara pengumuman, “Dicungkil.”

Mimpi itu sama, semuanya mengalir kembali ke ingatanku.

Kemudian dua orang cebol yang sama mencungkil keluar mata gadis tanpa ekspresi itu.

Sial! Ini hanya mimpi! Bangunlah! Bangunlah!

Namun aku tak mampu bangun.

“Berikutnya adalah digiling. Digiling.”

Tidak, ini terlalu ...

“Whiiiiiiiirrrrrrr...” suara itu makin mendekat.

Ini hanya mimpi! Kumohon bangunlah!

Kemudian sunyi.

Berpikir aku telah lolos, akupun membuka mataku.

“Apa kau akan melarikan diri lagi?” suara pengumuman memanggilku, “Lain kali ketika kami datang kembali mencarimu, itu akan menjadi yang terakhir!”

Aku membuka mataku dan kali ini aku benar-benar terbangun. Suara pengumuman yang kudengar barusan jelas bukan bagian dari mimpi. Aku mendengarnya di sini, di dunia nyata. Aku tahu.

Apa yang telah terjadi?

Aku belum pernah memimpikan mimpi itu sejak saat itu, namun aku percaya ketika hal itu terjadi lagi, aku akan mati akibat serangan jantung.


Well, di alam ini mungkin aku akan mati karena serangan jantung. Namun di alam mimpi, mungkin karena alat pencincang itu.

Creepy Riddle : A Sketchy Interview

A Sketchy Interview
(Wawancara yg Samar)

Penulis: Matt Dymerski

Creepypasta ini mengisahkan seorang pemuda pengangguran yang putus asa dan membutuhkan pekerjaan secepat mungkin. Ketika ia menerima sebuah panggilan wawancara, segalanya takkan berjalan sesuai yang ia harapkan.

Aku mendapat panggilan wawancara yang cukup mengangguku kemarin. Isi emailnya agak samar, namun aku sudah putus asa ingin mendapatkan pekerjaan, jadi aku menerima saja panggilan itu. Aku memang merasa aneh karena wawancara itu dilakukan saat larut malam. Di saat aku menemukan alamat itu, kegelapan menyelimuti gedung kantor itu. Hanya ada lampu jalan berwana oranye yang meneranginya.

Gedung itu memiliki tempat parkir yang luas dengan hamparan lahan tak terpakai di belakangnya. Lingkungan ini amat menyatu dengan distrik pabrik yang ada di sekitarnya – gedung dari aluminium dan batu bata yang amat panjang dan besar. Mungkin karena kesunyiannya atau entah apa, namun aku langsung tidak menyukai tempat ini. Aku merinding ketika melihat ke sekitar, takut jika di tengah kegelapan ini seseorang merampokku.

Yeah, tentu saja. Jika mereka mau berlari di tengah lapangan parkir yang membentang sejauh setengah mil.

Selama beberapa menit yang tegang, aku berusaha membuka pintu di sisi bangunan. Semua jalan masuk yang ada di depan terkunci dan itu membuatku berpikir mungkin ada yang ingin mengerjaiku.

Namun saat aku mendorongnya, pintu itu terayun membuka.

Interior kantor itu cukup normal. Sebuah kantor yang kecil dan bersih, dengan dinding putih, dan sofa2 di ruang tunggu. Segala keraguanku runtuh seketika dan aku tersenyum dengan rasa lega dan penuh percaya diri.

“Saya di sini untuk ...” aku mendekati meja resepsionis, namun tak ada seorangpun di sana.

Ruangan di belakang meja resepsionis sangatlah gelap dan kosong.

Dengan bingung, aku memeriksa ruang tunggu. Lampu menyala dan pintu depan terbuka – jadi pastilah ada yang bekerja di sini. Mungkin resepsionis mereka sudah pulang jam segini. Lalu .... bagaimana? Apakah aku harus berjalan-jalan mengelilingi gedung ini sampai menemukan orang yang bisa aku tanyai? Apa mungkin aku akan juga menemukan calon bosku sedang berkeliaran di dalam sini? Aku masih mengutuk undangan wawancara yang samar2 itu di dalam hati.

Aku mendengar suara ketukan di gelas terdengar, walaupun sangat pelan, dari arah dalam. Aku memanggil ke arah balik meja resepsionis, namun tak ada jawaban.

Aku mencoba membuka pintu di belakang ruang tunggu – terkunci. Aku mencoba pintu di sebelahnya, dan secara mengejutkan, pintu itu dengan mudah terbuka. Dengan malu, aku masuk ke dalam, berharap seseorang memergokiku.

Di dalam tampak seperti goa yang luas dipenuhi dengan mesin2. Mesin2 raksasa yang tak pernah kulihat sebelumnya berdiri diam di dalam ruangan remang2 ini. Apa fungsi alat2 ini? Bahkan aku tak tahu perusahaan apa ini. Di ujung ruangan besar ini, aku melihat cahaya kecil dari sebuah mesin yang tampaknya sedang bekerja, dengan seoran laki-laki di dekatnya.

Aku mendekati sang operator dengan hati2. Ia tampak sangat serius dengan pekerjaannya hingga aku tak tahu apakah ia bahkan menyadari kehadiranku di sini.

“Hallo?” seruku untuk mengimbangi suara berisik yang dikeluarkan mesin itu.

Ia mengabaikanku, atau tidak mendengarku.

“Hai, aku datang ke sini untuk wawancara!” aku berteriak dan berjalan mengelilingi mesin agar ia bisa melihatku.

Suara melengking dari mesin itu berhenti seketika dan mesin itu mati dengan suara “whiiir” yang perlahan memudar.

Ia mendongak dan mengangkat kacamata pengamannya hingga ke dahi. Matanya fokus kepadaku selama beberapa saat.

“Bagus, bagus ...” katanya, “Ini akan menjadi wawancara lapangan, mengerti?”

Aku mencoba sebisa mungkin untuk tak tampak cemas, “Hmm ...”

“Mesin ini butuh tangan yang cekatan.”

“Maaf, saya tak paham ...”

Dengan gusar ia menunduk, membuka kap mesin, dan menunjuk di antara roda2 gigi yang bercampur aduk dengan piston dan komponen lainnya. Aku tetap tidak mengerti apa instruksi pria itu.

“Lihat itu? Kunci inggrisku terjatuh ke belakang sana. Aku tak bisa mencapainya.”

Aku bergeser ke sampingnya untuk melihat ke dalam mesin itu. Aku hampir menahan napas karena mencium bau tubuhnya yang menyengat. Udara di sekitarnya nampak lembab karena keringatnya dan napasnya berbau campuran aroma rokok dan – minuman keras? Tanpa mencoba terdengar kasar, aku berkata.

“Anda ingin ... saya mengambilnya?” aku bertanya apakah dia serius.

“Well, tentu saja aku tak bisa melakukannya.”

Aku memikirkannya baik2. Mesin itu cukup lebar dan rendah. Untuk mencapai bagian belakangnya, aku harus merangkak masuk ke dalam mesin itu, di antara roda2 gigi dan komponen lain yang pastinya akan bergerak jika mesin dinyalakan.

“Apakah anda tidak akan mematikan mesin itu sepenuhnya dulu?”

“Mesinnya sudah mati, nak.”

“Tapi saya baru saja melihat anda menjalankannya ...”

“Hanya untuk perawatan. Sekarang masuklah ke sana! Kau ingin pekerjaan ini atau tidak?”

Dengan mengerutkan dahi, aku mencoba bersandar lebih dekat pada kap mesin yang membuka itu. Di sudut mataku, aku bisa melihatnya menjilat bibirnya. Aku mulai ketakutan, namun aku sangat membutuhkan pekerjaan itu.

Aku mencoba memasukkan tanganku ke dalam, berusaha agar tiddak menyentuh bagian2 yang bergerigi yang kapanpun bisa menyala dan berputar tiba2. Dengan gemetar, aku mencoba mencapai bagian belakangnya, namun tak bisa. Ia benar, aku harus memasukkan seluruh tubuhku ke sana.

“Ayo, cepat masuk ke dalam sana!” ia bersikeras. Aku bisa merasakan sedikit nada bersemangat di dalam suaranya.

Aku mencoba mencondongkan badanku beberapa inci maju. Di dalam ruangan sempit itu aku bisa melihat piston dan tabung di dekat kepalaku. Tak ada tanda2 kunci inggris itu benar2 ada di bagian belakang mesin itu. Aku mulai merasa takut. Ia bisa saja menutup pintu kap mesin begitu aku berada di dalamnya, memerangkapku. Dan begitu aku di dalam, mesin ini bisa menyala dan semua gerigi2 ini akan melindasku dan memotong-motong tubuhku.

Tak ada pekerjaan yang setimpal dengan semua ini.

Aku mengeluarkan tubuhku dari mesin itu.

“Maaf, Bung. Saya harus pergi ...”

Setelah mengucapkan permisi sesopan mungkin, aku berlari menuju ruang resepsionis dan keluar. Perasaanku sangat lega setelah merasakan udara malam yang dingin di luar. Aku berpikir sambil mengemudi pulang, apakah ketakutanku terlalu berlebihan sehingga aku menolak sebuah kesempatan untuk memiliki pekerjaan? Saat tiba di rumah, rasa takutku mulai pudar. Aku mulai merasa bodoh dan mungkin telah menyinggung perasaan pria tua malang itu.

Ketika aku memeriksa komputerku, ada sebuah email tentang wawancara pekerjaan. Darahku membeku dan serasa berhenti mengalir ketika aku membacanya. Itu email dari pria itu. Email itu berisi permintaan maaf.


Ia telah mengirimkan panggilan wawancara ke alamat yang salah.

Creepy Pasta : The Thing That Will Kill Me

The Thing That Will Kill Me
(Sesuatu yang akan Membunuhku)

Penulis: Will Rogers

Creepypasta ini menceritakan seorang gadis yang mendapatkan ramalan tak masuk akal tentang kematiannya dari seorang ahli nujum. Dia tak mempercayainya hingga suatu hari ramalan itu menjadi nyata.

Aku tumbuh di sebuah kota kecil di Vermont. Kecil dalam ukuran populasi, bukan dalam ukuran wilayah. Ada ladang berhektar-hektar dan area hutan yang tak terhingga luasnya. Lebih banyak sapi daripada manusia di sini, sebuah standar bagi kebanyakan kota kecil di Vermont. Jadi, bisa kalian bayangkan, tidaklah terlalu menyenangkan tumbuh di sini. Hanya satu kata saja cukup untuk menggambarkan kondisi di sini: membosankan.

Tak banyak anak2 seumuran di kota ini. Sahabat terbaikku adalah Lisa, yang berumur setahun lebih tua dariku. Kami menghabiskan sebagian besar waktu kami bermimpi tentang hidup di luar kota Vermont. Orang2 di desa kami benar2 aneh. Berbeda dengan di tempat lain. Satu hal yang tak kusadari tentang penduduk kota kecil adalah betapa percayanya mereka terhadap hal2 yang berbau takhyul. Mereka percaya dengan hal2 gaib, termasuk paranormal. Mereka percaya pada Luvia.

Luvia adalah perempuan tua berdarah Prancis-Kanada yang pindah ke vermont bersama suaminya. Ada yang bilang ia gypsi. Ada yang bilang ia adalah peramal. Bahkan, orang tuaku sendiri percaya padanya. Suatu hari, ibuku kehilangan cincinnya. Ibuku sudah mencarinya kemana-mana. Mereka memanggil Luvia dan ia mengatakan cincin itu berada “di bawah kayu tua yang membusuk”. Mereka mencari ke halaman belakang dan ayahku menemukannya di bawah sebuah piano kayu tua yang teronggok dan sudah ditumbuhi jamur.

Setelah mendengar banyak mengenai Luvia dari penduduk kota lainnya yang menganggap dia 100% dapat dipercaya, Tina dan aku memutuskan untuk menemuinya suatu sore. Kami ingin ia memberitahu kami tentang “masa depan” kami. Namun aku sendiri sebenarnya skeptis. Saat itu, semuanya terlihat seperti sebuah lelucon atau hiburan bagi kami.

Jadi, kami pergi ke rumahnya sore itu dan ia membuka pintu di saat kami masih berjalan mendekati halaman depan rumahnya. Bahkan kami belum sempat sampai ke depan pintu dan mengetuk. Tina menyikut rusukku dan berbisik bahwa Luvia pasti benar2 peramal tulen. Ia bahkan sudah tahu kami datang sebelum kami tiba di rumahnya! Aku berbisik balik padanya dan mengatakan bahwa itu mungkin karena rumahnya punya banyak jendela dan ia bisa melihat kami datang dari kejauhan.

Aku merasa agak aneh ketika mendekatinya. Ia wanita tua yang menakutkan, hampir tampak seperti nenek sihir. Namun ia tersenyum dengan ramah menyambut kami. Kami kemudian mengatakan bahwa kami tertarik dengan kemampuannya “membaca masa depan” dan menyerahkan padanya uang 20 dolar. Ia setuju dan mengatakan siapa yang akan lebih dulu.

“Apa yang bisa Anda katakan mengenai kehidupan cintaku?” tanya Tina.

Luvia tak memiliki bola kristal ataupun kartu tarot. Ia hanya menutup matanya sejenak dan diam selama 2 menit, kemudian mengambil napas dalam-dalam dan berkata, “Michael Carten.”

Tina menatapnya selama beberapa detik dan Luvia mengulang, “Michael Carten. Itu nama pria yang akan menjadi suamimu.”

Tina berterima kasih dan mengulangi nama itu berkali-kali. Michael Carten. Michael Carten. Michael Carten. Kemudian Luvia berpaling ke arahku.

“Apapun yang Anda katakan, saya ingin mendengarnya dengan senang hati.” Katanya, “Tidak harus tentang kehidupan asmaraku.”

Luvia menutup matanya selama beberapa detik, namun wangsit yang ia dapatkan tampaknya datang lebih cepat ketimbang visinya tentang suami Tina. Ia menatapku tajam ke dalam mataku, menggenggam tanganku, dan mengatakan.

“Sesuatu yang akan membunuhnya sedang menanggalkan kulitnya.”

“Sesuatu yang akan membunuhnmu sedang mengasah giginya.”

“Sesuatu yang akan membunuhnmu sedang membersihkan darah dari antara cakar-cakarnya.”

“Sesuatu yang akan membunuhnmu sedang mengumpulkan kulit.”

“Sesuatu yang akan membunuhmu ... kau takkan melihatnya datang.”

Kami beriga membisu selama sejenak. Aku merasa sakit. Gemetar. Luvia menatap kami seolah ia menyesal mengatakan hal itu kepada kami.

“A ... apa ada yang bisa kulakukan untuk menghentikannya?” tanyaku.

Luvia mengembalikan uang kami. “Aku takkan menarik uang untuk ramalan kali ini. Kalian berdua, cepatlah pulang!”

Aku dan Tina segera meninggalkan rumah Luvia tanpa mengatakan sepatah katapun. Dalam perjalanan pulang pun kami masih membisu. Tina baru saja menemukan nama cinta sejatinya dan aku mendapatkan pesan penuh teka-teki tentang kematianku. Aku masih berumur 12 tahun saat itu. Aku ketakutan setengah mati.

Ketika Tina meninggalkan serambi rumahku, ia mencoba menghiburku, “Bagaimana dia bisa tahu dengan siapa aku menikah,” katanya sambil tertawa, “Dan seekor monster tidak akan memakanmu. Berganti kulit, mengasah gigi, darah di cakarnya, itu sama sekali tak masuk akal. Lupakan saja omong kosong nenek itu!”

Selama bertahun-tahun aku memikirkan ramalan itu. Makhluk yang menanggalkan kulitnya. Makhluk dengan gigi yang tajam. Makhluk yang berlumuran darah. Makhluk dengan cakar yang runcing. Makhluk yang akan membunuhku, aku selalu merasa ia mengawasiku dari mana-mana. Dari antara pepohonan saat malam. Dari bawah timbunan salju. Menunggu di luar jendela kamarku. Setiap malam sebelum aku tidur, aku selalu merasa melihatnya. Kulit, gigi taring, darah, cakar, aku selalu mencarinya.

Tapi aku tak pernah menemukannya.

Ketika aku berumur 18 tahun, aku pindah ke California untuk kuliah, untuk menjauh dari Vermont dan apapun yang akan membunuhku. Akupun berhenti merasakannya dimana-mana. Mungkin, apapun itu, ia tetap tinggal di Vermont. Bahkan mungkin, ia tak pernah ada. Semua orang di California yang kuceritakan tentang hal itu selalu tertawa, dan akupun berhenti mempercayai ramalan itu. Itu hanya igauan seorang wanita gipsy, tak mungkin nyata.

Ketika aku berumur 27 tahun, sebuah undangan pernikahan tergeletak di kotak suratku. Tina ternyata akan menikah! Aku saat itu tinggal di California dan hampir tak pernah ada kontak dengan Tina semenjak aku pergi. Ia terasa seperti bagian dari masa laluku.

“Anda diundang ke pernikahan Tina dan Michael Carten ...”

Tunggu. Tidak. Tidak mungkin!

Ini pasti tidak ada hubungannya dengan ramalan Luvia. Ramalannya tak mungkin nyata. Tidak ada yang namanya peramal atau kemampuan melihat masa depan!

Aku pergi ke pernikahan mereka. Tina, aku, dan Michael, semuanya tertawa dengan semua ramalan itu. Tentu saja ramalan itu tak mungkin benar. Tina dan Michael menganggap semuanya hanyalah lelucon yang akan mereka ceritakan pada anak2 mereka di masa depan.

“Beritahu kami kalau kau bertemu dengan monster bergigi tajam yang berganti kulit, oke?” kata Tina sambil bercanda. Kami semua berpikir bahwa ini semua hanyalah kebetulan belaka ia bisa menikah dengan seorang pria bernama sama seperti yang diramalkan Luvia.

Aku meninggalkan pesta pernikahan dengan berusaha mempercayai bahwa “sesuatu yang akan membunuhku” tak mungkin sungguhan. Monster itu tak ada. Aku melihat di balik pohon, di balik mobil. Tak ada yang sedang menantiku di sana. Tak ada yang bersiap-siap untuk mengulitiku. Aku tak tahu kenapa aku begitu takut sekian lama.

Salah satu hal hebat dari pernikahan Tina adalah peristiwa itu membawa kami kembali dekat seperti dulu. Dia bahagia hidup bersama Michael di Vermont. Ia selalu mengirim email kepadaku, mengatakan tentang segala hal yang terjadi di kota kecil itu. Populasinya dengan perlahan meningkat. Mereka membangun sekolah2 baru. Dan juga gosip2 lainnya.

Juga berita kalau Luvia meninggal.

Bertahun-tahun kemudian, aku semakin jarang menerima email dan telepon darinya. Ia terlihat sangat sibuk. Hingga suatu titik aku mulai merindukannya karena tak mendapatkan sedikitpun kabar darinya. Pada malam natal, aku memutuskan mengunjungi rumah orang tuaku untuk liburan dan mampir sebentar di kediaman Tina dan suaminya. Aku biasanya tak melakukan ini, namun ia tak pernah menjawab teleponku dan aku sangat ingin menemuinya saat itu.

Aku memarkirkan mobilku di depan rumah mereka. Ada dua mobil di parkiran sehingga aku menduga mereka berdua ada di rumah. Aku turun dari mobil dan menekan bel pintu. Michael membukanya, berpakaian dengan jas tebal, seolah-olah ia baru saja berasal dari luar. Ia mengundangku masuk. Ia tampak sangat terkejut melihatku dan bertanya apakah aku berbicara dengan Tina akhir2 ini.

“Belum, bahkan selama beberapa bulan kami tak pernah berkomunikasi. Maaf tiba2 mengunjungi kalian seperti ini, tapi apakah aku bisa bertemu dengannya?”

“Oh, aku pikir kau sudah tahu,” jawab Michael, “Dia meninggalkanku. Beberapa bulan lalu. Ia pergi dan tak pernah lagi berbicara denganku sejak saat itu.”

“Oh, Tuhan ... Maaf, aku benar2 tidak tahu ...”

Ia melepaskan mantelnya dan menggantungkannya dekat pintu.

“Maaf, aku harus mandi dulu sekarang. Aku baru saja dari luar. Bisakah kau menunggu sebentar?”

Ia melepaskan sepatunya lalu menanggalkan sweaternya. Lalu ia berjalan menuju ke kamar mandi. Aku duduk, melihat-lihat rumah mereka.

“Tentu saja tidak. Apa kau tahu kemana ia pergi?”

“Tidak,” teriaknya dari dalam kamar mandi, dengan mulut penuh busa pasta gigi, “ia tak pernah meneleponku sekalipun semenjak ia pergi.”

“Aku sedih mendengarnya.”

Aku mendengarnya berkumur dan ketika ia melihatku memandanginya dari kaca kamar mandi, ia menutup pintu kamar mandi untuk mendapatkan privasi. Ketika aku mendengar suara shower dinyalakan, aku berniat mengambil handphone untuk melihat SMS terakhir yang ia kirimkan. Mungkin saja itu akan memberikan petunjuk dimana ia berada. Namun ketika aku mengambilnya dari dalam tas, benda itu terjatuh. Ketika aku berusaha mengambilnya, aku melihat sesuatu di bawah sofa.

Gumpalan rambut.

Warnanya cokelat, sama seperti rambut Tina.

Namun anehnya, rambut2 itu tampak seperti dicabut dari kulit kepalanya.

Dan ada sedikit noda darah di sana.

“Sesuatu yang akan membunuhnya sedang menanggalkan kulit.”

Aku melihat pintu kamar mandi yang tertutup.

“Sesuatu yang akan membunuhnmu sedang mengasah giginya.”

Aku mendengarnya tadi menggosok gigi.

“Sesuatu yang akan membunuhnmu sedang membersihkan darah dari antara cakar-cakarnya.”

Aku sedang mendengarnya membersihkan diri di bawah pancuran.

“Sesuatu yang akan membunuhnmu sedang mengumpulkan kulit.”

Aku menatap sedikit kulit yang masih menempel di gumpalan rambut itu.

Ya Tuhan ... Sesuatu yang akan membunuhku!

Aku mendengar suara pancuran berhenti. Gerakan dari dalam kamar mandi.

Aku lari. Keluar dari pintu. Membanting pintu. Berlari sekuat tenaga ke mobil. Masuk ke mobil. Gemetar. Memperhatikan pintu. Tanganku berjuang dengan kencang. Gemetar. Gemetar. Pintu rumah terbuka. Mobilku menyala. Aku mengendarainya secepat mungkin. Aku tak menoleh ke belakang. Sepanjang malam. Aku yak tahu apa ia mengikutiku. Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku tak tahu apa yang kulihat tadi. jantungku tak lagi berdetak dengan normal hingga aku tiba di rumah, berkendara sepanjang malam hingga melintasi dua negara bagian. Aku pulang.

Itu sebulan yang lalu. Aku menelepon polisi. Mereka menyelidiki, namun tak menemukan apapun. Mereka yakin Tina hanya meninggalkannya dan pindah ke tempat lain.

Mungkin memang begitu. Mungkin ia sudah kabur dan aman sekarang. Mungkin takkan ada yang mengejarku. Mungkin Michael adalah pria malang yang ditinggalkan istrinya. Mungkin tak ada sesuatu yang berada di belakang pepohonan, di bawah salju, di bawah mobil, di luar pintuku saat malam, di luar jendela. Mungkin tak ada. Tak ada.

Aku selalu teringat kalimat terakhir dalam ramalan Luvia.


“Sesuatu yang akan membunuhmu ... kau takkan melihatnya datang.”